WhatsApp Icon

Kisah Inspiratif Ali bin Abi Thalib Dalam Mengelola Baitul Maal

04/11/2025  |  Penulis: Dini

Bagikan:URL telah tercopy
Kisah Inspiratif Ali bin Abi Thalib Dalam Mengelola Baitul Maal

Kisah Inspiratif Ali bin Abi Thalib Dalam Mengelola Baitul Maal

Dalam sejarah Islam, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, adil, dan sangat menjaga kejujuran dalam mengelola harta umat. Sebagai khalifah keempat, beliau memiliki tanggung jawab besar terhadap baitul maal lembaga pengelolaan harta umat Islam yang di masa kini serupa dengan BAZNAS. Kisah keteladanan beliau dalam menjaga amanah dan keadilan pengelolaan zakat menjadi inspirasi penting bagi lembaga zakat modern, termasuk BAZNAS Kota Surabaya, dalam menegakkan prinsip transparansi dan profesionalisme.

Ali Bin Abi Thalib dan Amanah Baitul Maal

Ali bin Abi Thalib memandang baitul maal bukan sekadar tempat penyimpanan harta, tetapi amanah besar dari Allah SWT.
Ketika beliau diangkat menjadi khalifah, kondisi keuangan negara Islam tidak mudah — banyak daerah baru masuk Islam dan sistem administrasi perlu diperkuat. Namun, Ali memimpin dengan hati-hati, menolak segala bentuk penyalahgunaan, dan memastikan setiap harta disalurkan kepada yang berhak.

Diriwayatkan bahwa ketika beliau menerima emas dan perak dari hasil zakat atau rampasan perang, Ali segera membaginya kepada rakyat tanpa menunda-nunda.
Beliau tidak ingin baitul maal menyimpan harta umat terlalu lama karena meyakini bahwa harta tersebut adalah hak orang lain yang harus segera disalurkan.

“Wahai dunia, pergilah engkau dari hadapanku! Aku tidak membutuhkanmu. Engkau ingin memperdaya selain aku,” ujar Ali dengan tegas, menolak kemewahan dan godaan kekuasaan.

Ketegasan dan kesederhanaan inilah yang menjadi teladan bagi pengelolaan zakat modern — bahwa pengurus zakat harus memegang amanah dengan hati yang bersih, bebas dari kepentingan pribadi.

Sikap Transparan dan Adil

Salah satu kisah masyhur tentang keadilan Ali bin Abi Thalib terjadi ketika beliau didatangi oleh seorang rakyat miskin dan seorang bangsawan dalam satu perkara hukum.
Ali memperlakukan keduanya dengan derajat yang sama, tanpa memihak.
Sikap ini menunjukkan bagaimana seorang pemimpin harus berlaku adil dalam setiap urusan umat, termasuk dalam pembagian zakat.

Dalam konteks pengelolaan zakat, keadilan berarti memastikan setiap mustahik menerima haknya dengan cara yang tepat dan merata.
Tidak boleh ada diskriminasi antara yang kaya dan miskin, antara mereka yang dekat dengan pejabat dan rakyat kecil.
Semua harus berdasarkan data, verifikasi, dan amanah sebagaimana dicontohkan oleh Ali bin Abi Thalib.

Inspirasi untuk BAZNAS Kota Surabaya

Semangat keadilan dan amanah Ali bin Abi Thalib tercermin dalam komitmen BAZNAS Kota Surabaya dalam mengelola zakat, infak, dan sedekah masyarakat. Sebagai lembaga zakat resmi pemerintah, BAZNAS tidak hanya berfungsi sebagai penyalur dana, tetapi juga sebagai penjaga kepercayaan umat.

BAZNAS Surabaya telah menerapkan sistem pengelolaan zakat yang transparan dan akuntabel, melalui pelaporan publik, audit keuangan rutin, serta penggunaan teknologi digital untuk memastikan dana tersalurkan tepat sasaran.
Program-program seperti Beasiswa Cetak Sarjana (CESAR), Jumat Berkah, Bantuan Kemanusiaan, dan Zakat Produktif untuk UMKM menjadi bukti nyata bahwa zakat dikelola secara profesional dan bermanfaat luas bagi masyarakat.

Keteladanan Ali yang menolak menimbun harta di baitul maal menginspirasi BAZNAS agar tidak membiarkan dana umat mengendap, tetapi segera disalurkan kepada mustahik yang membutuhkan. Prinsip “zakat tepat waktu dan tepat sasaran” menjadi bagian dari etos kerja yang mencerminkan amanah kepemimpinan Islam.

Kesederhanaan Pemimpin Sebagai Cermin Integritas

Ali bin Abi Thalib juga dikenal hidup sederhana meskipun beliau memiliki kekuasaan besar.
Beliau tidak pernah menggunakan fasilitas baitul maal untuk kepentingan pribadi.
Bahkan, ketika lampu minyak menyala untuk urusan negara, beliau mematikannya jika tamu datang membicarakan hal pribadi — sebuah simbol betapa jelasnya batas antara amanah publik dan urusan pribadi.

Sikap inilah yang sangat relevan bagi pengelolaan lembaga zakat modern.
BAZNAS Kota Surabaya berupaya menegakkan nilai integritas ini dengan memastikan setiap pegawai dan amil zakat bekerja dengan niat ibadah dan profesionalisme, bukan sekadar formalitas.
Setiap rupiah zakat harus memiliki nilai manfaat dan pertanggungjawaban moral kepada Allah SWT dan umat.

Meneladani Ali Dalam Amanah Zakat

Umat Islam masa kini dapat belajar dari Ali bin Abi Thalib bahwa zakat bukan hanya kewajiban finansial, tetapi juga ujian kejujuran dan amanah.
Menyalurkan zakat melalui lembaga resmi seperti BAZNAS berarti ikut menegakkan nilai-nilai keadilan, profesionalisme, dan transparansi sebagaimana yang dicontohkan oleh para khalifah.

Ketika umat berzakat dengan penuh keikhlasan dan lembaga zakat menyalurkannya dengan penuh tanggung jawab, maka terwujudlah masyarakat yang makmur dan diridhai Allah SWT.

Kesimpulan

Kisah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dalam mengelola baitul maal adalah teladan abadi tentang amanah, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Beliau mengajarkan bahwa harta umat harus dikelola dengan jujur, cepat, dan tanpa pamrih.

Nilai-nilai inilah yang kini diterapkan oleh BAZNAS Kota Surabaya dalam menyalurkan zakat untuk kesejahteraan masyarakat Surabaya. Melalui semangat akuntabilitas, integritas, dan profesionalisme, BAZNAS Surabaya berupaya menjadi lembaga yang meneladani baitul maal di masa khalifah Ali bin Abi Thalib bersih, adil, dan penuh keberkahan.

Bagikan:URL telah tercopy
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat