Artikel Terbaru
Sedekah di Era Modern: Makna, Relevansi, dan Dampaknya bagi Kehidupan
Sedekah adalah salah satu ajaran luhur dalam Islam yang tidak lekang oleh waktu. Sejak zaman Rasulullah SAW hingga kini, sedekah menjadi sarana untuk membersihkan harta, menumbuhkan empati, serta memperkuat ikatan sosial di antara manusia. Namun, dalam konteks zaman modern yang penuh dinamika dan perubahan, praktik sedekah mengalami transformasi baik dari segi bentuk, media, maupun dampaknya. Hal ini menunjukkan bahwa sedekah bukanlah ibadah yang statis, melainkan selalu relevan dengan perkembangan zaman.
Makna Sedekah yang Tidak Berubah
Secara hakikat, sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan dengan ikhlas, baik berupa harta, tenaga, waktu, maupun pengetahuan. Al-Qur’an dan hadis menegaskan bahwa sedekah bukan hanya berupa materi, melainkan juga segala kebaikan yang memberi manfaat kepada orang lain. Senyuman, bantuan kecil, hingga doa pun dapat bernilai sedekah. Makna dasar ini tidak berubah dari dulu hingga sekarang, hanya cara penyampaian dan bentuknya yang menyesuaikan dengan situasi masyarakat.
Sedekah dalam Konteks Zaman Modern
Di era digital, kebiasaan bersedekah mendapatkan wajah baru. Jika dahulu sedekah identik dengan kotak amal di masjid, kini masyarakat bisa menyalurkan sedekah melalui berbagai platform digital. Layanan donasi online, dompet digital, hingga aplikasi khusus sedekah menjadikan proses berbagi semakin mudah dan cepat. Cukup dengan beberapa sentuhan di layar ponsel, seseorang bisa menyalurkan bantuan ke berbagai daerah, bahkan lintas negara.
Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi justru membuka pintu kebaikan lebih luas. Orang yang sebelumnya kesulitan menyalurkan donasi karena keterbatasan jarak atau waktu, kini dapat melakukannya tanpa hambatan. Fenomena ini membuktikan bahwa sedekah tetap relevan, bahkan semakin penting untuk menjawab tantangan zaman modern.
Sedekah sebagai Solusi Sosial dan Ekonomi
Di tengah meningkatnya kesenjangan sosial, sedekah hadir sebagai solusi yang membumi. Pandemi global, krisis ekonomi, serta tantangan kehidupan urban menjadikan sedekah tidak sekadar ibadah individual, tetapi juga mekanisme solidaritas sosial. Dengan adanya sedekah, banyak masyarakat yang dapat bertahan hidup, mulai dari fakir miskin, anak yatim, hingga mereka yang terdampak bencana alam.
Lebih dari itu, sedekah yang dikelola secara kolektif melalui lembaga zakat, infak, dan sedekah (ZIS) mampu menciptakan program pemberdayaan. Bantuan modal usaha, pelatihan keterampilan, hingga penyediaan beasiswa pendidikan adalah bentuk nyata sedekah yang bertransformasi menjadi instrumen pembangunan. Dengan demikian, sedekah tidak hanya menyelesaikan masalah sesaat, tetapi juga mendorong kemandirian dan keberlanjutan.
Tantangan Sedekah di Era Kekinian
Meskipun teknologi mempermudah, praktik sedekah di zaman sekarang juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah munculnya kasus penipuan atau penyalahgunaan donasi online yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya literasi digital agar masyarakat lebih bijak dalam memilih saluran sedekah yang terpercaya. Transparansi pengelolaan dana juga menjadi tuntutan utama di era keterbukaan informasi ini.
Selain itu, gaya hidup konsumtif yang seringkali menguasai generasi muda membuat sebagian orang lebih sibuk memenuhi keinginan pribadi dibandingkan berbagi. Di sinilah peran dakwah, pendidikan, dan keteladanan sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sedekah bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang membahagiakan hati dan menumbuhkan keberkahan hidup.
Sedekah dan Generasi Muda
Generasi muda memiliki peran strategis dalam mempopulerkan sedekah di era modern. Kreativitas mereka dalam memanfaatkan media sosial dapat menjadi sarana dakwah dan kampanye berbagi. Misalnya, gerakan sedekah online yang diviralkan di media sosial mampu menarik banyak partisipasi dalam waktu singkat. Bahkan, muncul tren “sedekah bersama” melalui komunitas atau kelompok hobi, yang menunjukkan bahwa budaya berbagi bisa dikemas dengan cara yang menarik dan kekinian.
Generasi muda juga dapat menyalurkan ide-ide inovatif dalam mengembangkan program sosial berbasis sedekah, seperti menggalang dana untuk pendidikan, kesehatan, atau pelestarian lingkungan. Dengan demikian, sedekah tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga menjadi motor penggerak perubahan sosial.
Kesimpulan
Sedekah adalah amalan yang senantiasa relevan, kapan pun dan di mana pun. Di era modern ini, sedekah tidak lagi terbatas pada bentuk tradisional, melainkan semakin variatif berkat dukungan teknologi dan kreativitas manusia. Dari donasi digital hingga program pemberdayaan masyarakat, sedekah membuktikan dirinya sebagai instrumen penting untuk mengurangi kesenjangan sosial, mempererat persaudaraan, serta menciptakan kehidupan yang lebih seimbang.
Tantangan seperti penipuan digital atau gaya hidup konsumtif memang ada, tetapi hal itu tidak mengurangi urgensi sedekah. Justru, tantangan tersebut menuntut kita untuk lebih bijak, kreatif, dan konsisten dalam menyalurkan kebaikan. Pada akhirnya, sedekah bukan hanya tentang apa yang kita keluarkan, tetapi tentang bagaimana kita menjadikan hidup ini lebih bermakna dengan berbagi kepada sesama.
ARTIKEL25/09/2025 | Bram
Keluarga Cinta Zakat: Menanamkan Nilai Kepedulian Sejak Dini
Zakat bukan sekadar kewajiban agama, melainkan juga sarana untuk menumbuhkan rasa kepedulian sosial yang mendalam. Di balik setiap zakat yang dikeluarkan, terdapat doa, harapan, dan kebahagiaan bagi orang lain yang menerima. Namun, lebih dari itu, zakat juga bisa menjadi fondasi utama dalam membangun keluarga yang peduli terhadap sesama.
Keluarga adalah sekolah pertama bagi seorang anak. Apa yang dilihat dan dipelajari di rumah akan membentuk karakter, pola pikir, serta kebiasaan mereka di masa depan. Karena itulah, menumbuhkan budaya cinta zakat dalam keluarga menjadi langkah penting agar generasi penerus tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya hati dan penuh empati.
Peran Orang Tua sebagai Teladan
Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka belajar lebih cepat dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang hanya mereka dengar. Ketika orang tua melaksanakan zakat dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, anak-anak akan merekam perilaku tersebut sebagai sesuatu yang mulia dan patut ditiru.
Bayangkan seorang ayah yang mengajak anaknya ikut ke masjid untuk menyerahkan zakat fitrah menjelang Idulfitri. Atau seorang ibu yang mengajak anaknya berdiskusi tentang zakat penghasilan yang dikeluarkan setiap bulan. Tindakan sederhana itu memberi pesan kuat bahwa zakat bukan beban, melainkan jalan kebahagiaan dan keberkahan.
Lebih jauh lagi, orang tua bisa menjelaskan kepada anak bahwa zakat bukan sekadar memberi uang, tetapi juga bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat rezeki yang telah diberikan. Dengan begitu, anak tidak hanya melihat zakat sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk ibadah yang penuh makna.
Menumbuhkan Kebiasaan Sejak Dini
Kebiasaan baik akan lebih mudah melekat jika ditanamkan sejak dini. Maka, keluarga bisa mulai dengan langkah-langkah kecil:
Mengajarkan sedekah harian – misalnya dengan menyediakan celengan khusus untuk anak agar mereka terbiasa menyisihkan sebagian uang jajannya.
Menceritakan kisah inspiratif – orang tua bisa membacakan kisah sahabat Nabi atau tokoh Muslim yang dermawan, sehingga anak terinspirasi untuk meneladani.
Melibatkan anak saat menyalurkan zakat – ajak anak ikut serta ketika zakat diberikan kepada yang berhak, sehingga mereka menyaksikan langsung senyum bahagia para penerima.
Menjelaskan manfaat sosial zakat – bukan hanya sebagai ibadah pribadi, tetapi juga sebagai cara menjaga keseimbangan sosial dan mengurangi kesenjangan dalam masyarakat.
Keluarga sebagai Agen Perubahan Sosial
Ketika sebuah keluarga membiasakan diri dengan zakat, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh anggota keluarga tersebut, tetapi juga oleh lingkungan sekitar. Anak-anak yang tumbuh dengan nilai kepedulian akan lebih peka terhadap masalah sosial, lebih mudah berempati, dan lebih siap untuk berbagi.
Bayangkan jika nilai cinta zakat ini ditanamkan dalam jutaan keluarga di Indonesia. Tentu, dampaknya akan luar biasa besar. Bukan hanya angka kemiskinan yang berkurang, tetapi juga rasa persaudaraan dan solidaritas di masyarakat akan semakin kuat.
Mengubah Zakat Menjadi Tradisi Keluarga
Zakat tidak seharusnya hanya dipandang sebagai kewajiban tahunan yang diingat menjelang Idulfitri. Jadikan zakat sebagai tradisi keluarga yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, keluarga bisa memiliki agenda bulanan untuk membicarakan zakat dan sedekah, menuliskan catatan khusus tentang rezeki yang sudah diterima, lalu menghitung hak orang lain di dalamnya.
Ketika zakat sudah menjadi budaya dalam keluarga, anak-anak tidak lagi melihatnya sebagai kewajiban kaku, tetapi sebagai identitas yang melekat pada dirinya. Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang senang berbagi, peka terhadap lingkungan, dan selalu bersyukur.
Penutup
Menumbuhkan keluarga yang cinta zakat adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat. Orang tua memiliki peran besar sebagai teladan utama, sementara anak-anak adalah ladang subur yang siap menyerap nilai-nilai kebaikan.
Dengan membiasakan zakat sejak dini, keluarga tidak hanya mencetak generasi yang beriman dan bertakwa, tetapi juga generasi yang peduli, dermawan, dan siap menjadi agen perubahan sosial. Karena sejatinya, zakat bukan hanya tentang harta yang kita keluarkan, tetapi tentang hati yang kita bersihkan, keberkahan yang kita raih, dan cinta yang kita sebarkan kepada sesama.
ARTIKEL25/09/2025 | Bram
Zakat Tak Hanya Kewajiban, Tapi Solusi Sosial
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang mampu. Namun, lebih dari sekedar kewajiban, zakat juga memiliki peran besar sebagai solusi sosial dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Di Kota Surabaya, peran ini diwujudkan secara nyata melalui BAZNAS Kota Surabaya, lembaga resmi pengelola zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang terpercaya, amanah, dan transparan.
Zakat: Dari Kewajiban Menuju Kesejahteraan
Menunaikan zakat di BAZNAS Kota Surabaya bukan hanya soal menjalankan kewajiban agama, tetapi juga menjadi bagian dari pembangunan sosial dan ekonomi. Dana zakat yang terhimpun tidak berhenti pada penyaluran bantuan, melainkan dikelola melalui program-program yang memberi manfaat jangka panjang bagi mustahik (penerima zakat).
Dengan zakat yang disalurkan melalui lembaga resmi, umat Islam di Surabaya dapat merasa tenang karena dana mereka terselurkan sesuai syariat dan tepat sasaran.
Keunggulan Berzakat di BAZNAS Kota Surabaya
Mengapa harus berzakat di BAZNAS Kota Surabaya?
Amanah dan Terpercaya – Zakat dikelola secara profesional dengan laporan keuangan transparan.
Program Tepat Sasaran – Dana zakat digunakan untuk membantu masyarakat dhuafa, fakir miskin, dan mereka yang membutuhkan.
Kemudahan Layanan – Masyarakat dapat membayar zakat melalui layanan offline maupun zakat online Surabaya yang mudah dan cepat.
Berkah Berlipat – Zakat tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga menjadi solusi sosial yang membantu mengurangi kemiskinan di Kota Surabaya.
Program Unggulan BAZNAS Kota Surabaya
BAZNAS Kota Surabaya memiliki beragam program yang menjadikan zakat lebih bermakna:
Program Ekonomi: bantuan modal usaha, alat kerja, hingga pelatihan keterampilan.
Program bantuan pendidikan: beasiswa anak dhuafa dan perlengkapan sekolah.
Program Kesehatan: bantuan pengobatan, dan dukungan gizi untuk pencegahan stunting.
Program Sosial & Kemanusiaan: santunan yatim, bantuan bencana, dan program pengentasan kemiskinan ekstrem.
Dampak Positif BAZNAS Kota Surabaya
Hadirnya BAZNAS Kota Surabaya memberikan banyak dampak nyata:
Bagi masyarakat miskin, zakat menjadi peluang untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Bagi pemerintah kota, BAZNAS menjadi mitra strategis dalam mengurangi angka kemiskinan dan stunting.
Bagi umat Islam, BAZNAS memberi rasa aman dalam menunaikan zakat sesuai tuntunan syariat.
Zakat Online Surabaya: Solusi di Era Digital
Kini, menunaikan zakat di Kota Surabaya semakin mudah dengan adanya layanan bayar zakat online BAZNAS Kota Surabaya. Melalui platform digital, masyarakat dapat menyalurkan zakat fitrah, zakat maal, infak, maupun sedekah dengan cepat, praktis, dan aman.
Penutup
Zakat bukan sekedar kewajiban ibadah, tapi juga solusi nyata bagi masalah sosial di masyarakat. Melalui BAZNAS Kota Surabaya, zakat, infak, dan sedekah menjadi sarana untuk membangun kesejahteraan umat. Mari bersama-sama menunaikan zakat di BAZNAS Surabaya, agar keberkahannya tidak hanya dirasakan individu, namun juga membawa perubahan positif bagi seluruh warga Kota Surabaya.
ARTIKEL25/09/2025 | Dini
Lebih Dari Sekadar Angka: Sedekah Itu Keren Buat Generasi Alpha
Di era digital yang serba cepat ini, di mana setiap anak tumbuh bersama gawai, istilah sedekah mungkin terdengar kuno. Sedekah bukan hanya tentang memberikan sejumlah uang atau barang, melainkan sebuah amalan mulia yang membawa banyak manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Bagi Generasi Alpha yaitu anak-anak dan remaja yang lahir sejak tahun 2010 sedekah bisa menjadi lebih dari sekadar angka di laporan keuangan. Ia adalah sebuah aksi nyata yang keren, berdampak, dan relevan dengan nilai-nilai yang mereka pegang: konektivitas, transparansi, dan perubahan sosial. sedekah tidak saja kewajiban agama tetapi juga bagian dari gaya hidup yang keren dan bermakna. Dalam era digital yang penuh dengan inovasi dan kemudahan akses, sedekah semakin mudah dilakukan dan dapat membawa dampak nyata bagi kehidupan mustahik (penerima manfaat). Peran Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga resmi pengelola zakat, sedekah, dan wakaf juga penting dalam memastikan sedekah yang dikumpulkan terkumpul dengan baik dan tersalurkan secara tepat sasaran.
Generasi Alpha dan Kebaikan Tanpa Batas
Menurut ajaran Islam, sedekah adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda,
“Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api” (HR. Tirmidzi).
Sedekah tidak memiliki batasan waktu dan jumlah, artinya siapa saja bisa melakukannya kapan saja, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun.
Lebih dari sekadar angka, sedekah adalah investasi spiritual yang mengalir pahalanya hingga akhirat. Hal ini menunjukkan bahwa sedekah mencapai efek jangka panjang, bukan hanya memperbaiki kondisi penerima saat itu tetapi juga mengangkat derajat pemberinya di hadapan Allah SWT.
Untuk Generasi Alpha, sedekah bisa diterjemahkan dalam bahasa mereka. Ini adalah "challenge" kebaikan, "top up" pahala, atau "upgrade" diri menjadi pribadi yang lebih peduli. Mereka bisa melihat dampak langsung dari sedekah mereka melalui foto, video, atau laporan digital. Transparansi ini sangat penting bagi mereka.Mengapa Sedekah Keren bagi Generasi Alpha?
Tiga Alasan Utama Mengapa Sedekah Itu Keren buat Gen Alpha
Dampak Instan dan Terukur: Generasi Alpha adalah generasi yang terbiasa dengan hasil instan (misalnya, menekan tombol dan langsung mendapatkan respons). Mereka ingin melihat bagaimana kontribusi mereka membuat perbedaan. Lembaga seperti BAZNAS menyediakan laporan yang transparan, menunjukkan setiap rupiah sedekah disalurkan untuk apa. Anak-anak bisa melihat foto anak yang tersenyum karena mendapatkan seragam sekolah baru dari sedekah mereka, atau melihat keluarga yang mendapatkan bantuan modal usaha. Dampak nyata dan terukur ini membuat mereka merasa bangga dan termotivasi untuk terus berbagi.
Koneksi Digital: Sedekah zaman sekarang tidak harus dilakukan secara fisik. Generasi Alpha dapat bersedekah melalui platform digital yang mudah diakses, seperti aplikasi BAZNAS. Mereka bisa berinteraksi dengan komunitas kebaikan secara online, berpartisipasi dalam kampanye sosial, dan bahkan mengajak teman-teman mereka untuk ikut berpartisipasi. Sedekah menjadi sebuah aktivitas sosial yang menyenangkan, bukan sekadar kewajiban yang berat.
Membentuk Identitas Diri: Di era yang serba kompetitif, Generasi Alpha terus mencari cara untuk mengekspresikan diri dan membangun identitas. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, termasuk sedekah, memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka peduli dan berkontribusi pada dunia. Ini membangun karakter yang kuat, empati, dan rasa tanggung jawab sosial sejak dini. Mereka tidak hanya tumbuh sebagai konsumen, tetapi juga sebagai agen perubahan yang aktif.
BAZNAS: Jembatan Kebaikan untuk Generasi Alpha
BAZNAS sebagai lembaga amil zakat dan sedekah yang resmi memegang peranan penting dalam mengelola donasi umat. Keberadaan BAZNAS menggaransi transparansi dan profesionalisme dalam pengumpulan dan penyaluran sedekah.
Beberapa peran BAZNAS yang relevan bagi Generasi Alpha antara lain:
Kemudahan Akses Beramal DigitalBAZNAS menyediakan berbagai platform digital seperti aplikasi dan website resmi yang memungkinkan Generasi Alpha menunaikan sedekah secara cepat, aman, dan transparan.
Pelaksanaan Program Pemberdayaan MustahikDana sedekah dikelola menjadi program produktif, seperti pelatihan kewirausahaan bagi mustahik, sehingga mereka tidak hanya mendapat bantuan sementara, tapi berkesempatan mandiri secara ekonomi.
Kampanye Sosial dan Edukasi SedekahBAZNAS aktif mengembangkan konten edukatif yang mudah dipahami dan menarik, termasuk melalui media sosial, video pendek, dan kegiatan offline di sekolah-sekolah dan komunitas pemuda.
Laporan Transparansi Penggunaan DanaBAZNAS memberikan laporan penggunaan dana secara terbuka sebagai bentuk akuntabilitas kepada donatur termasuk generasi muda, sehingga mereka bisa menyaksikan hasil nyata dari sedekah mereka.
Sedekah, Generasi Alpha, dan Digitalisasi: Koneksi yang Kuat
Era digital memudahkan Generasi Alpha untuk memahami dan menyalurkan sedekah. Dengan sentuhan teknologi, mereka bisa ikut menyebarkan kebaikan tidak hanya dalam lingkup keluarga atau lingkungan sekitar, tetapi juga dalam skala yang lebih luas melalui media sosial, crowdfunding, dan aplikasi donasi.
Digitalisasi membuat sedekah menjadi kegiatan yang lebih transparan, terekam, dan terpantau manfaatnya. Hal ini tentu mendorong rasa percaya dan semangat generasi muda untuk terus beramal.
Masa Depan Berbagi: Dari Generasi Alpha untuk Dunia
Mengajarkan sedekah kepada Generasi Alpha adalah investasi jangka panjang. Kita tidak hanya memberi mereka pemahaman tentang ajaran agama, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang bertanggung jawab dan peduli. Mereka adalah calon-calon pemimpin masa depan yang akan mewarisi dunia ini. Jika sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan nilai-nilai berbagi, maka kita bisa berharap mereka akan menciptakan peradaban yang lebih adil dan penuh kasih sayang.
Sedekah bukan sekadar angka di laporan keuangan atau kewajiban yang harus ditunaikan. Sedekah adalah resonansi kebaikan yang mengalir dari hati, menyentuh jiwa, dan menciptakan dampak nyata. Dengan dukungan lembaga profesional seperti BAZNAS, kita dapat memastikan bahwa setiap sedekah yang disalurkan oleh Generasi Alpha akan menjadi bagian dari cerita besar perubahan, sebuah cerita yang lebih keren dari game apa pun.
Kesimpulan: Sedekah sebagai Gaya Hidup Keren Generasi Alpha
Sedekah lebih dari sekadar angka finansial, ia adalah bentuk amal yang membawa keberkahan dan membentuk karakter sosial. Generasi Alpha dengan kemudahan teknologi dan semangat perubahan adalah calon-calon pegiat sedekah masa depan yang keren.
Peran BAZNAS dalam menyediakan sarana, edukasi, dan pengelolaan yang transparan sangat membantu generasi muda untuk menyalurkan sedekah secara mudah dan berdampak luas. Mari bersama-sama menanamkan semangat sedekah sejak dini agar menjadi sumber resonansi harta abadi yang manfaatnya tidak pernah berkurang, baik di dunia maupun akhirat.
ARTIKEL25/09/2025 | Listy
Resonansi Harta Abadi: Dorong Semangat Berbagi Melalui Fikih Wakaf, Zakat, dan Sedekah
Dalam ajaran Islam, harta bukanlah sekadar alat untuk memenuhi kebutuhan hidup semata. Lebih dari itu, harta adalah amanah dari Allah SWT yang di dalamnya terkandung hak-hak orang lain. Mengelola harta dengan cara yang benar, sesuai dengan fikih Islam, akan melahirkan resonansi kebaikan yang tak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi investasi abadi di akhirat.
Berbagi adalah sarana utama dalam Islam untuk membersihkan harta dan jiwa. Dalam mengelola kekayaan, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan zakat, sedekah, dan wakaf. Instrumen ketiga ini bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai investasi spiritual yang menghasilkan harta abadi atau maal al-akhirah. Konsep ini terwujud dalam tiga pilar utama: wakaf, zakat, dan sedekah, yang ketiganya kini dikelola secara profesional oleh lembaga seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Surabaya.
Memahami Harta sebagai Resonansi Kebaikan
Harta abadi adalah kekayaan yang meskipun bersifat duniawi, manfaatnya terus mengalir hingga akhirat. Rasulullah SAW bersabda bahwa jika manusia meninggal dunia, amal perbuatannya terhenti kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya. (HR Muslim). Amal ketiga ini landasan menjadi bagi pentingnya wakaf, zakat, dan sedekah. Setiap umat Islam meyakini bahwa rezeki yang didapat datangnya dari Allah. Oleh karena itu, di balik kekayaan, ada kewajiban untuk berbagi. Fikih Islam menawarkan panduan secara komprehensif agar harta yang kita miliki tidak hanya berputar di kalangan orang kaya, tetapi juga dapat menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh umat.
Zakat adalah kewajiban harta yang bersih yang dikeluarkan untuk membersihkan harta dan membantu golongan yang berhak menerimanya.
Sedekah adalah pemberian sukarela yang bisa dilakukan kapan saja dan dalam bentuk apa saja, sebagai wujud kepedulian sosial.
Wakaf merupakan instrumen pemberian harta yang manfaatnya dipergunakan secara terus menerus untuk kepentingan umat.
Instrumen ketiga ini memiliki potensi besar untuk membangun peradaban yang berkeadilan melalui pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur keumatan.
Peran BAZNAS dalam Menggerakkan Semangat Berbagi
BAZNAS sebagai lembaga amil resmi pemerintah memiliki tugas strategis mengumpulkan, mendistribusikan, serta mengelola zakat, sedekah, dan wakaf secara profesional, transparan, dan akuntabel. Dengan pendekatan manajemen data penerima manfaat dan teknologi digital, BAZNAS berhasil menjangkau lebih banyak mustahik dan menyalurkan dana secara tepat guna.
Beberapa peran utama BAZNAS dalam pemberdayaan mustahik meliputi:
Pengelolaan Produktif Zakat: Dana zakat tidak hanya sebagai bantuan konsumtif tetapi juga investasi sosial ekonomi yang membantu mustahik mandiri.
Pengembangan Produktif Wakaf: BAZNAS menggerakkan wakaf dalam bentuk properti, pendidikan, dan kesehatan yang manfaatnya terus menerus.
Program bantuan Sosial dan Kemanusiaan: Meliputi bencana alam, pengentasan kemiskinan ekstrem, dan dukungan sosial untuk peningkatan kualitas hidup.
Pemberdayaan Mustahik: Melalui pelatihan usaha, pendampingan bisnis, dan akses permodalan agar penerima manfaat dapat berdikari.
BAZNAS menjalankan seluruh program ini dengan prinsip amanah, akuntabilitas, dan profesionalisme. Setiap rupiah yang masuk dicatat dan dilaporkan secara transparan. Dengan demikian, muzaki tidak perlu khawatir apakah zakatnya sampai kepada yang berhak. BAZNAS memastikan bahwa setiap dana yang diamanahkan akan beresonansi menjadi kebaikan yang terukur dan berdampak luas.
Menggugah Semangat Berbagi: Panggilan untuk Umat Islam
Fenomena Resonansi Harta Abadi ini mengajak kita untuk merenung. Harta bukan sekedar milik pribadi, tetapi juga milik umat. Dengan menunaikan zakat, berinfak, bersedekah, dan berwakaf, kita tidak hanya menaati perintah agama, tetapi juga berkontribusi langsung dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Marilah kita jadikan harta kita beresonansi. Jangan biarkan harta kita "mati" setelah kita tiada. Jadikanlah ia sebagai "kendaraan" menuju kebaikan yang tak berujung. Melalui lembaga yang kredibel seperti BAZNAS, kami dapat menyalurkan resonansi ini secara efektif. Mari bersama-sama membangun peradaban yang berlandaskan kasih sayang, keadilan, dan kepedulian.
ARTIKEL25/09/2025 | Listy
Zakat Sebagai Kekuatan Sosial dan Ekonomi Umat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang menduduki posisi penting dalam tatanan kehidupan umat Islam. Ia bukan sekadar kewajiban individu, tetapi juga sebuah instrumen sosial yang berfungsi menjaga keseimbangan, keadilan, dan keberlangsungan hidup bersama.
Definisi Zakat
Secara bahasa, kata zakat berasal dari akar kata zaka yang berarti tumbuh, berkembang, dan suci. Dalam arti lain, zakat juga dapat diartikan sebagai bentuk ketakwaan. Al-Qur'an menggunakan istilah ini dalam konteks kesucian jiwa maupun harta, karena zakat berfungsi membersihkan diri dari sifat kikir sekaligus menyucikan harta dari hak orang lain yang melekat di dalamnya.
Secara istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima, dengan syarat, kadar, dan ketentuan tertentu. Dengan demikian, zakat tidak sama dengan sedekah biasa ataupun hadiah, karena ia memiliki aturan yang baku baik dari segi nisab, haul, maupun penerimaannya.
Karakteristik Zakat yang Membedakannya dari Pajak
Zakat memiliki ciri khas yang membedakannya dari pungutan atau pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Pajak dapat dikenakan atas siapa pun, baik kaya maupun miskin, dan penggunaannya sering kali kembali untuk kepentingan penguasa atau sektor tertentu. Sementara itu, zakat hanya diwajibkan atas harta yang berkembang dan dimiliki oleh orang kaya, lalu disalurkan langsung kepada delapan golongan penerima (asnaf), terutama fakir miskin.
Selain itu, zakat bersifat tetap dan tidak bisa dihapuskan, karena kedudukannya sebagai syariat yang berasal langsung dari Allah. Zakat juga mengandung unsur ibadah, berbeda dengan pajak yang lebih bersifat administrasi kenegaraan. Nabi Muhammad SAW menegaskan: “Zakat diambil dari orang-orang kaya dan dikembalikan kepada orang-orang miskin.”
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Hibah
Zakat: Kewajiban syar'i atas harta tertentu, dengan syarat nisab dan haul, serta penyaluran kepada penerima yang ditentukan.
Sedekah : Lebih luas dari zakat. Sedekah bisa berupa kewajiban (zakat) maupun pemberian sunnah di luar zakat.
Hibah atau hadiah: Pemberian sukarela tanpa syarat, biasanya untuk menunjukkan kasih sayang, rasa hormat, atau ikatan sosial.
Dengan demikian, setiap zakat adalah sedekah, tetapi tidak setiap sedekah adalah zakat.
Hukum dan Sejarah Pensyaratan Zakat
Zakat merupakan kewajiban yang ditegaskan dalam Al-Qur'an, As-Sunnah, dan ijma' ulama. Allah berfirman:
“Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (QS. Al-Baqarah : 43)
Kewajiban zakat disepakati oleh para sahabat hingga mereka memerangi kelompok yang menolak menunaikannya pada masa Khalifah Abu Bakar RA.
Zakat secara rinci diwajibkan pada tahun kedua Hijriah di Madinah. Namun, ajaran tentang berbagi kepada fakir miskin telah diperintahkan sejak masa dakwah di Mekah, sebelum turunnya aturan teknis mengenai nisab dan haul.
Tahapan Pensyariatan Zakat dan Hubungannya dengan Umat Terdahulu
Al-Qur'an mengisahkan bahwa zakat juga diwajibkan pada umat para nabi sebelumnya, seperti pada Nabi Ibrahim dan keturunannya. Hal ini menunjukkan bahwa zakat bukanlah kewajiban baru, melainkan bagian dari tradisi ibadah yang diwariskan para nabi.
Di masa Nabi Muhammad SAW, kewajiban zakat pada mulanya bersifat umum, kemudian diperinci dengan aturan jumlah, nisab, dan pendistribusiannya setelah hijrah ke Madinah.
Hikmah Zakat
Setiap hukum yang ditetapkan Allah mengandung hikmah. Zakat antara lain bertujuan:
Menyucikan jiwa dan harta dari sifat kikir dan kecintaan berlebihan terhadap dunia.
Menggerakkan perputaran ekonomi, karena harta tidak boleh ditimbun.
Membantu fakir miskin dan kelompok lemah, sehingga mengurangi jurang sosial.
Menumbuhkan solidaritas dan kasih sayang antar sesama Muslim.
Dengan zakat, distribusi harta menjadi lebih merata, pasar terhindar dari stagnasi, dan aktivitas ekonomi tetap berjalan.
Risiko Tidak Membayar Zakat
Orang yang menahan zakat diancam dengan azab yang pedih di akhirat, sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Taubah: 34–35. Rasulullah SAW juga memperingatkan bahwa harta yang tidak dizakati akan berubah menjadi ular beracun yang dibeli pemiliknya pada hari kiamat.
Dampaknya di dunia pun nyata. Nabi bersabda: “Bukanlah mereka yang menahan zakat, melainkan mereka yang ditahan dari turunnya hujan.” Selain itu, tawaran zakat dapat menimbulkan kebencian sosial, ketimpangan, dan kriminalitas jurang antara kaya dan miskin yang semakin lebar.
Zakat sebagai Solusi Penanggulangan Kemiskinan
Jika umat seluruh Islam menunaikan zakat sesuai ketentuan, kebutuhan dasar fakir miskin akan terpenuhi. Zakat berfungsi sebagai instrumen distribusi pendapatan, mengurangi angka kemiskinan, dan memperkuat ikatan sosial.
Zakat juga dapat diarahkan pada pemberdayaan ekonomi, misalnya dengan memberikan modal usaha atau membangun fasilitas publik. Dengan demikian, zakat tidak hanya meringankan kebutuhan sesaat, tetapi juga mengangkat harkat sosial-ekonomi kaum dhuafa.
Ibadah dan Kehidupan Sosial
Pada akhirnya, zakat hanyalah satu bagian dari ibadah yang lebih luas. Tujuan penciptaan manusia adalah beribadah kepada Allah dalam arti yang komprehensif: bukan sekedar ritual, tetapi juga membangun peradaban, menegakkan keadilan, dan memakmurkan bumi.
Sebagaimana diungkapkan Ibnu Taimiyah, hati manusia tidak akan tenang kecuali dengan beribadah kepada Allah. Zakat adalah bentuk nyata ibadah sosial yang menyatukan dimensi spiritual, moral, dan ekonomi, sehingga umat Islam dapat hidup sejahtera dalam ridha Allah SWT.
ARTIKEL24/09/2025 | Imam
BAZNAS Kota Surabaya sebagai Social Enterprise
Pendahuluan
Zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS) bukan sekadar kewajiban ibadah, tetapi juga sarana membangun kesejahteraan umat. Di Kota Surabaya, potensi zakat sangat besar dan dikelola secara profesional oleh BAZNAS Kota Surabaya.
Sebagai lembaga resmi, BAZNAS tidak hanya berfungsi menyalurkan dana umat, tetapi juga berperan sebagai social enterprise: lembaga sosial yang mengelola zakat dengan pendekatan kewirausahaan untuk menciptakan dampak berkelanjutan.
Program Ekonomi Produktif
BAZNAS Kota Surabaya menyalurkan zakat ke dalam program-program produktif, antara lain:
Bantuan modal usaha untuk UMKM dhuafa.
Pelatihan Usaha & Pemberdayaan UKM
Bantuan Alat Kerja (Rombong, Etalase, Mesin Jahit)
Dengan langkah ini, zakat bukan hanya bantuan konsumtif, melainkan juga menjadi modal pemberdayaan yang mengangkat mustahik menuju kemandirian.
Dukungan Pendidikan dan Kesehatan
Selain ekonomi, BAZNAS juga fokus pada bidang pendidikan dan kesehatan. Beberapa program unggulan adalah:
Beasiswa dhuafa untuk anak-anak yang kurang mampu.
Bedah rumah dan Pembangunan sanitasi bagi Masyarakat dhuafa.
Program gizi mustahik berupa zakat tunai untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin.
Fokus ini memastikan mustahik tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga memiliki kesempatan untuk berkembang.
Transparansi dan Digitalisasi
Kepercayaan masyarakat adalah modal utama bagi social enterprise. Karena itu, BAZNAS Kota Surabaya selalu mengutamakan transparansi dengan laporan terbuka, audit rutin, dan penggunaan teknologi digital.
Kini, masyarakat bisa menunaikan zakat dengan mudah melalui:
Transfer bank.
Web zakat online atau Qris.
Layanan jemput zakat.
Digitalisasi membuat layanan lebih modern, cepat, dan transparan.
Dampak Sosial Nyata
Melalui program-program tersebut, BAZNAS Kota Surabaya berhasil memberikan dampak positif, seperti:
Mendukung ratusan UMKM dhuafa untuk berkembang.
Membiayai pendidikan anak-anak miskin melalui beasiswa.
Memberikan bantuan-bantuan kesehatan gratis bagi keluarga dhuafa.
Semua ini membuktikan zakat yang dikelola BAZNAS benar-benar membawa perubahan sosial nyata.
Kesimpulan
Sebagai social enterprise, BAZNAS Kota Surabaya berkomitmen menghadirkan pengelolaan zakat yang amanah, transparan, dan berdampak produktif. Melalui ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, zakat mampu menjadi solusi nyata untuk kesejahteraan umat.
Tunaikan zakat, infak, dan shodaqoh Anda melalui BAZNAS Kota Surabaya.
Bersama, kita wujudkan Surabaya yang lebih adil, makmur, dan penuh keberkahan.
ARTIKEL24/09/2025 | Dini
Persiapan Ruhani Menyambut Rabiul Akhir yang Penuh Berkah
Bulan Rabiul Akhir merupakan bulan keempat dalam kalender hijriah yang kerap disebut juga dengan Rabi’ ats-Tsani. Walaupun tidak sepopuler bulan Ramadhan atau bulan Rabiul Awal yang identik dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun kehadiran bulan Rabiul Akhir tetap memiliki nilai penting dalam perjalanan spiritual seorang muslim. Setiap pergantian bulan dalam Islam sejatinya adalah kesempatan baru untuk memperbaiki ruhani, menambah amal, dan mengokohkan ketakwaan.
Menyambut bulan Rabiul Akhir hendaknya tidak dilakukan dengan sikap biasa saja, melainkan dengan kesadaran penuh bahwa waktu yang diberikan Allah adalah amanah. Persiapan diri tidak hanya mencakup aspek ibadah, tetapi juga meliputi dimensi sosial, moral, hingga pengelolaan kehidupan sehari-hari.
1. Memperkuat Hubungan dengan Allah
Langkah awal dalam menyambut bulan Rabiul Akhir adalah mempertebal iman dan takwa. Setiap muslim dianjurkan untuk memperbaiki kualitas shalat, memperbanyak dzikir, serta meluangkan waktu untuk membaca dan mentadabburi Al-Qur’an. Bulan ini dapat dijadikan momentum untuk melatih konsistensi dalam ibadah harian, sehingga kelak terbentuk rutinitas yang lebih baik.
2. Muhasabah dan Perbaikan Diri
Persiapan diri yang tidak kalah penting adalah melakukan introspeksi. Muhasabah menjadi cara efektif untuk menilai sejauh mana amal yang telah dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya. Dengan begitu, seorang muslim dapat merancang perbaikan di bulan Rabiul Akhir, misalnya memperbaiki niat, mengurangi kebiasaan buruk, atau meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
3. Menguatkan Amal Sosial
Rabiul Akhir juga bisa dimaknai sebagai momentum meningkatkan kepedulian sosial. Islam tidak hanya menekankan ibadah ritual, tetapi juga mengajarkan umatnya untuk hadir memberi manfaat bagi orang lain. Di bulan ini, umat muslim dianjurkan memperbanyak sedekah, membantu fakir miskin, ataupun mendukung kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar. Amal sosial yang dilakukan dengan ikhlas akan menjadi tabungan kebaikan di akhirat.
4. Menjaga Akhlak dan Perilaku
Persiapan menyambut bulan Rabiul Akhir juga perlu diwujudkan dengan menjaga akhlak. Sopan santun, kejujuran, kesabaran, serta sikap rendah hati merupakan bagian dari ajaran Nabi ? yang harus diteladani. Dengan memperbaiki perilaku, seorang muslim dapat lebih mudah diterima di tengah masyarakat dan menebarkan kebaikan dalam keseharian.
5. Mengisi Waktu dengan Kegiatan Bermanfaat
Setiap bulan adalah kesempatan untuk berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Bulan Rabiul Akhir bisa diisi dengan kegiatan bermanfaat seperti menghadiri kajian, membaca buku-buku Islami, ataupun menekuni keterampilan baru yang mendukung produktivitas. Dengan demikian, waktu tidak terbuang sia-sia, melainkan dipenuhi aktivitas yang bernilai duniawi sekaligus ukhrawi.
6. Menumbuhkan Semangat Hijrah
Rabiul Akhir dapat dijadikan momentum untuk meneguhkan semangat hijrah, yaitu berpindah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang diridhai Allah. Hijrah bukan hanya perubahan fisik atau tempat, tetapi juga transformasi jiwa, pola pikir, serta perbuatan agar lebih dekat dengan kebaikan.
Penutup
Menyambut bulan Rabiul Akhir tidak memerlukan ritual khusus yang memberatkan. Namun, yang lebih penting adalah menyiapkan hati, pikiran, dan perilaku agar senantiasa berada di jalan yang lurus. Dengan memperkuat iman, memperbanyak amal kebaikan, menjaga akhlak, serta meningkatkan kepedulian sosial, seorang muslim dapat menjadikan bulan Rabiul Akhir sebagai momentum berharga untuk semakin dekat dengan Allah dan semakin bermanfaat bagi sesama.
ARTIKEL23/09/2025 | Bram
Saatnya Generasi Muda Ambil Bagian: Zakat & Sedekah Sebagai Investasi Abadi
Halo, generasi 90-an sampai 2000-an!
Tau gak sih, kalian ini lagi di masa prime time banget. Karier mulai naik, penghasilannya lumayan, dan sudah mulai bisa mengatur keuangan sendiri. Keren! Tapi pertanyaannya: udah pada mikir belum soal investasi untuk akhirat?
Tunggu, Investasi Akhirat?
Tenang, ini bukan ceramah yang bikin ngantuk kok! Jadi begini, kalau investasi dunia kayak saham atau crypto kan sering naik-turun, bahkan bisa rugi total. Nah, zakat dan sedekah itu investasi yang return-nya dijamin untung 100% tanpa ada resiko loss sama sekali!
Bayangin aja, ada investasi yang pasti untung, nggak ada risiko bangkrut, plus dikasih bonus keberkahan hidup sekarang juga. Menarik kan?
Kenapa Generasi Kita Harus Peduli?
Coba deh liat timeline sosmed kalian. Pasti banyak banget konten tentang keadilan sosial, lingkungan, atau gerakan kemanusiaan. Nah, zakat dan sedekah itu adalah aksi nyata dari value-value yang sering kalian posting di feed!
Ditambah lagi generasi kita kan digital native banget. Sekarang bayar zakat bisa lewat e-wallet, mobile banking, atau scan kode QR. Praktis abis!
Zakat vs Sedekah: Bedanya Apa?
Zakat: Yang wajib dan terukur
Sifatnya wajib buat yang punya harta sampai nisab
Jumlahnya 2,5% dari harta yang disimpan setahun
Fungsinya untuk membersihkan harta dan jiwa
Sedekah: Yang fleksibel dan personal
Sifatnya sunnah tapi sangat dianjurkan
Jumlahnya bebas sesuai kemampuan
Bisa kapan aja, bahkan senyum juga sedekah!
ROI yang Gila-gilaan
Investasi zakat dan sedekah punya return yang luar biasa:
Multiplier 700x lipat - dijamin langsung di Al-Quran!
Perlindungan dari berbagai masalah kehidupan
Keberkahan yang langsung terasa sekarang
Pahala jariyah yang terus mengalir
Coba deh bayangin kalau ada saham atau crypto yang bisa kasih jaminan return segini. Pasti langsung FOMO kan?
Gimana Mulainya?
Step 1: Hitung Zakat
Total harta yang sudah disimpan setahun
Kalau udah sampai nisab (setara 85 gram emas), wajib zakat 2,5%
Banyak kalkulator zakat online kok
Step 2: Pilih Platform
BAZNAS (lembaga resmi pemerintah)
LAZ terpercaya kayak Dompet Dhuafa, Rumah Zakat
Dompet elektronik: OVO, GoPay, DANA
Perbankan seluler
Step 3: Jadikan Rutinitas
Atur auto-debet atau pengingat bulanan. Perlakukan kayak berlangganan Netflix tapi untuk akhirat!
Step 4: Sedekah Gaya Bebas
Mulai dari nominal kecil tapi rutin
Ikut patungan untuk program sosial
Mendukung crowdfunding yang bermanfaat
Beyond Money: Sedekah Kreatif
Siapa bilang sedekah cuma uang? Generasi kreatif kayak kalian bisa:
Berbagi keterampilan: Ngajarin coding, desain, bahasa gratis
Pembuatan konten: Bikin konten edukatif yang bermanfaat
Sukarelawan: Ikut kegiatan sosial di LSM
Donor darah: Sederhana tapi sangat berdampak!
The Compound Effect
Sama seperti investasi dunia, zakat dan sedekah juga punya efek majemuk. Semakin rutin dan konsisten, semakin besar "portofolio akhirat" kalian. Dan yang paling keren:
Tidak ada inflasi (nilainya selalu naik)
Nggak ada resiko default
Liquid (manfaatnya langsung terasa)
Bebas pajak (malah dapat bonus keberkahan)
Let's Take Action!
Oke teman-teman, saatnya beraksi! Mulai dari yang sederhana:
Bulan ini: Hitung dan bayar zakat ke LAZ terpercaya
Mingguan: Sisihkan 50rb-100rb buat sedekah rutin
Harian: Sedekah receh atau bantuin orang yang butuh
Bagikan: Ajak teman-teman buat sama-sama berinvestasi di akhirat
Ingat, kita punya keistimewaan: akses teknologi, pendidikan, dan peluang ekonomi yang baik. Dengan keistimewaan ini, kita punya tanggung jawab untuk berbagi.
Jadi, siap jadi generasi dermawan? Yuk, kerenkan lagi zakat dan sedekahmu!
ARTIKEL23/09/2025 | Jal
BAZNAS Tanggap Bencana Kota Surabaya: Wujud Kepedulian Zakat untuk Kemanusiaan
1. Pendahuluan
Bencana dapat datang kapan saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Kota Surabaya sebagai kota metropolitan juga tidak luput dari potensi bencana, mulai dari banjir, kebakaran, rumah ambruk hingga kondisi darurat non-alam lainnya. Menyadari pentingnya kesiapsiagaan dan kehadiran lembaga yang sigap menolong, BAZNAS Kota Surabaya membentuk BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) yang di SK Ketua BAZNAS Kota Surabaya langsung sejak 13 Desember 2024
BTB Surabaya merupakan unit khusus yang berfungsi sebagai garda depan pelayanan kemanusiaan. Unit ini dibentuk bukan hanya untuk merespon kejadian bencana, tetapi juga untuk memberikan edukasi, pencegahan, serta pemulihan pascabencana dengan mengedepankan nilai-nilai zakat dan kepedulian sosial.
2. Visi dan Misi BTB Surabaya
BTB Surabaya hadir dengan visi besar yaitu “Menjadi tim tanggap bencana yang profesional, responsif, dan berorientasi pada kemanusiaan dalam bingkai pengelolaan zakat yang amanah.”
Untuk mewujudkan visi tersebut, BTB Surabaya mengemban misi sebagai berikut:
Meningkatkan kapasitas relawan melalui pelatihan dan pendidikan kebencanaan.
Membangun sistem respon cepat dalam menghadapi bencana yang terjadi di Kota Surabaya dan sekitarnya.
Mengintegrasikan nilai zakat, infak, dan sedekah dalam pelayanan kemanusiaan yang nyata di lapangan.
Menjalin kemitraan strategis dengan lembaga pemerintah, swasta, dan komunitas kebencanaan lainnya.
Mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana dan kepedulian sosial.
3. Tujuan dan Maksud Pembentukan BTB Surabaya
BTB Surabaya dibentuk dengan maksud untuk memastikan bahwa zakat tidak hanya hadir dalam bentuk bantuan ekonomi, tetapi juga dalam bentuk nyata kepedulian kemanusiaan. Beberapa tujuan utama dari pembentukan BTB ini antara lain:
Menjadi lini pertama penolong masyarakat saat terjadi bencana.
Mengurangi dampak korban jiwa dan kerugian dengan respon cepat dan terkoordinasi.
Menghadirkan kehadiran negara dan umat melalui aksi nyata BAZNAS yang amanah dan terpercaya.
Menguatkan nilai solidaritas antarwarga Surabaya melalui program bantuan yang berbasis zakat.
4. Peran dan Implementasi di Lapangan
Sejak dibentuk, BTB Surabaya aktif melibatkan diri dalam berbagai aksi kemanusiaan. Tidak hanya turun langsung saat banjir dan kebakaran, tetapi juga mendampingi masyarakat dalam masa pemulihan pascabencana. Peran penting BTB Surabaya meliputi:
Respon Darurat: Memberikan pertolongan pertama, evakuasi, dan distribusi bantuan logistik.
Mitigasi dan Edukasi: Mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah menghadapi bencana.
Pemulihan Pascabencana: Memberikan dukungan psikososial, kesehatan, serta bantuan ekonomi dasar bagi korban.
Kolaborasi Lintas Lembaga: Bekerjasama dengan BPBD, Basarnas, PMI, TNI/Polri, hingga komunitas lokal untuk penanganan yang lebih efektif.
Implementasi ini menjadi bukti bahwa zakat, infak, dan sedekah tidak hanya berfungsi mengangkat kesejahteraan ekonomi, tetapi juga hadir langsung menyelamatkan kehidupan manusia dalam kondisi darurat.
5. Studi Kasus Kemanusiaan
Dalam setahun terakhir, BTB Surabaya telah terjun di berbagai titik bencana seperti banjir tahunan di wilayah pinggiran kota (kecamatan karang pilang) dan kebakaran pemukiman padat penduduk. Kehadiran BTB membawa dampak positif, di antaranya:
Respon lebih cepat karena relawan berbasis lokal.
Kepercayaan masyarakat meningkat terhadap BAZNAS sebagai lembaga yang tidak hanya mengelola dana, tetapi juga terjun langsung ke lapangan.
Sinergi semakin kuat dengan lembaga kebencanaan lain, sehingga penanganan lebih terkoordinasi.
6. Kesimpulan
Kehadiran BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) Surabaya merupakan langkah strategis dalam memperluas manfaat zakat bagi masyarakat. BTB tidak hanya menjadi simbol kepedulian, tetapi juga bukti nyata bahwa zakat mampu menjawab tantangan kemanusiaan.
Dengan visi dan misi yang jelas, peran yang nyata, serta sinergi dengan berbagai pihak, BTB Surabaya optimis dapat terus memberikan layanan kemanusiaan yang cepat, tepat, dan profesional. BAZNAS Kota Surabaya melalui BTB berkomitmen untuk selalu hadir di tengah masyarakat, tidak hanya dalam pemberdayaan ekonomi, tetapi juga dalam setiap langkah kemanusiaan.
ARTIKEL22/09/2025 | Zul
Fotosintesis dan Zakat, Infak, Sedekah : Analisis Komparatif dari Perspektif Ilmiah dan Filosofis
Pendahuluan
Secara umum, fotosintesis merupakan proses biokimia yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, sedangkan ZIS adalah sistem filantropi Islam yang mendistribusikan kekayaan. Meskipun berasal dari domain yang berbeda ilmu pengetahuan alam dan sosio ekonomi keduanya memiliki kesamaan mendasar dalam prinsip transformasi, redistribusi, dan keinginan. Analisis ini mengeksplorasi bagaimana kedua fenomena ini, pada tingkatnya masing-masing, berkontribusi pada kesejahteraan ekologis dan sosial.
Fotosintesis, sebuah proses penting yang terjadi pada tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri, merupakan fondasi dari hampir seluruh rantai makanan di Bumi. Proses ini mengubah molekul sederhana seperti udara (H2O) dan karbon dioksida (CO2) menjadi glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2) dengan bantuan energi cahaya matahari. Hasilnya tidak hanya menyediakan nutrisi bagi tumbuhan itu sendiri, tetapi juga melepaskan oksigen yang esensial bagi kehidupan makhluk aerobik.
Di sisi lain, ZIS adalah pilar penting dalam ekonomi Islam. Zakat adalah kewajiban untuk menyisihkan sebagian harta, sementara infak dan sedekah adalah memberi secara sukarela. Tujuan utamanya adalah untuk membersihkan harta, mengurangi kesejahteraan sosial, dan menciptakan kesejahteraan bersama. Meskipun fotosintesis adalah fenomena alam dan ZIS adalah konstruksi sosial-religius, keduanya dapat dipahami melalui lensa yang sama : mekanisme untuk menciptakan nilai dari sumber daya yang ada dan menyebarkannya ke dalam sistem yang lebih besar.
Analisis Komparatif
1. Transformasi Nilai dari Sumber Daya Dasar
Fotosintesis : Proses ini mengubah sumber daya "murah" dan melimpahnya sinar matahari, udara, dan CO2 menjadi energi yang kompleks dan "berharga" (glukosa). Ini adalah contoh luar biasa dari transformasi energi dari bentuk yang kurang dapat digunakan menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh sistem biologis.
ZIS : ZIS mengambil kekayaan yang diperoleh individu atau kelompok tertentu dan mengubahnya menjadi modal sosial dan ekonomi bagi masyarakat yang kurang mampu. Melalui ZIS, uang yang pasif menjadi aktif dan produktif, membiayai kebutuhan dasar, pendidikan, atau bahkan modal usaha.
2. Prinsip Redistribusi dan Sirkulasi
Fotosintesis : Energi yang dihasilkan oleh fotosintesis tidak hanya untuk tumbuhan itu sendiri. Ia menjadi dasar rantai makanan. Herbivora memakan tumbuhan, karnivora memakan herbivora, dan seterusnya. Ini adalah contoh sempurna dari redistribusi energi dalam ekosistem. Energi dan nutrisi mengalir dari produsen ke konsumen, memastikan kelangsungan hidup seluruh ekosistem.
ZIS : ZIS secara eksplisit dirancang sebagai mekanisme distribusi ulang kekayaan. Zakat diambil dari yang kaya dan diberikan kepada yang membutuhkan (asnaf). Ini menciptakan sirkulasi ekonomi yang sehat, mencegah penggembalaan harta, dan mengurangi ketidaksetaraan. Uang tidak hanya berputar di antara segelintir orang, tetapi menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
3. Keberlanjutan Sistem
Fotosintesis : Fotosintesis adalah kunci ekologi ekologis. Dengan menghasilkan oksigen dan menyerap CO2, ia menjaga komposisi atmosfer yang stabil. Tanpa fotosintesis, kehidupan di Bumi seperti yang kita tahu tidak akan ada. Proses ini adalah fondasi bagi ekosistem yang seimbang dan berkelanjutan.
ZIS : ZIS adalah instrumen untuk keinginan sosial. Dengan mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan, ZIS mencegah gejolak sosial dan ekonomi. Masyarakat yang lebih adil dan sejahtera cenderung lebih stabil dan produktif. ZIS mendorong masyarakat untuk saling menjaga dan menanggung, menciptakan kohesi sosial yang kuat dan berkelanjutan dari generasi ke generasi.
Kesimpulan
Analisis komparatif antara fotosintesis dan ZIS mengungkapkan kesamaan yang mendalam di balik perbedaan domain mereka. Keduanya beroperasi berdasarkan prinsip dasar yang sama: mengambil sumber daya dari satu titik, mentransformasikannya, dan mendistribusikannya untuk kepentingan dan ekosistem yang lebih besar—baik itu ekosistem global atau masyarakat. Fotosintesis adalah model biologi untuk kepunahan ekologis, sedangkan ZIS adalah model sosiologis untuk kepunahan ekonomi dan sosial. Dengan memahami analogi ini, kita dapat menghargai ZIS bukan hanya sebagai kewajiban keagamaan, tetapi sebagai sistem yang secara fundamental dirancang untuk mencerminkan efisiensi dan keseimbangan yang kita amati di alam.
ARTIKEL22/09/2025 | Fach
Keajaiban Sedekah: Satu Kebaikan Membuka Ribuan Pintu Rezeki
Sedekah merupakan salah satu amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Amalan ini tidak hanya memberi manfaat bagi penerimanya, tetapi juga membuka pintu keberkahan dan kebaikan yang luas bagi siapa saja yang menunaikannya. Satu sedekah yang dilakukan dengan tulus bisa menjadi kunci terbukanya ribuan kebaikan dalam kehidupan.
Banyak orang menganggap sedekah sebagai amalan sederhana, padahal sesungguhnya ia menyimpan keajaiban yang besar. Sedekah mampu menenangkan jiwa, membersihkan hati dari sifat kikir, sekaligus menjadi cahaya dan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan.
Keutamaan dan Manfaat Sedekah
Keajaiban sedekah dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan, di antaranya:
Mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.
Menjadi perlindungan dari musikbah yang tidak terduga.
Membuka pintu rezeki yang luas serta datang dari arah yang tak disangka-sangka.
Membersihkan hati dan jiwa dari sifat iri, dengki, dan kikir.
Meningkatkan empati dan kepedulian sosial, sehingga tercipta masyarakat yang lebih harmonis.
Sedekah dan Keajaiban dalam Kehidupan
Satu sedekah kecil yang dilakukan dengan ikhlas sering kali membawa dampak besar dalam kehidupan seseorang. Keajaiban itu tidak selalu berupa harta, melainkan juga berupa kesehatan, ketenangan batin, kemudahan dalam urusan, hingga solusi dari berbagai masalah hidup.
Banyak kisah nyata menunjukkan bahwa orang yang rajin bersedekah sering kali mendapat pertolongan Allah SWT dengan cara yang tak terduga: rezeki menjadi lancar, usaha berkembang, atau datangnya peluang baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Peran Penting BAZNAS dalam Menyalurkan Sedekah
Agar sedekah benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan, peran lembaga resmi seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sangatlah penting. Melalui BAZNAS, sedekah dikelola secara profesional, transparan, dan tepat sasaran, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh para mustahik.
Dengan disalurkan sedekah melalui BAZNAS, setiap kebaikan yang kita berikan dapat menjadi lebih luas dampaknya, mulai dari membantu fakir miskin, anak yatim, dhuafa, hingga mendukung pembangunan fasilitas umum dan program pemberdayaan masyarakat.
Sedekah Sebagai Investasi Akhirat
Sedekah bukan hanya urusan materi, namun juga wujud ketaatan dan penguatan iman. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
“Tidaklah kamu memberikan nafkah (sedekah) kepada seseorang untuk mengharapkan keridhaan dari Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Menerima (pemberian) dan Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 272]
Kesimpulan
Sedekah adalah investasi kebaikan yang tidak pernah merugikan. Dengan satu sedekah kecil, kita bisa membuka pintu keberkahan yang luas bagi diri kita sendiri sekaligus memberi manfaat nyata bagi mereka yang membutuhkannya.
Melalui BAZNAS, sedekah yang kita salurkan dikelola dengan amanah dan profesional, sehingga setiap kebaikan yang kita tanam dapat tumbuh menjadi manfaat yang besar bagi umat. Mari wujudkan kehidupan yang lebih berkah dengan sedekah, dan rasakan bagaimana Allah SWT melipatgandakan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.
ARTIKEL22/09/2025 | Listy
Keutamaan Bulan Rabiul Awal dan Spirit Zakat, Infak, serta Sedekah
Bulan Rabiul Awal adalah salah satu bulan yang penuh makna bagi umat Islam. Di bulan inilah Rasulullah SAW lahir, membawa risalah Islam yang menuntun umat manusia menuju cahaya iman dan kehidupan yang penuh keberkahan. Tidak mengherankan jika bulan Rabiul Awal selalu menjadi momentum istimewa untuk memperkuat kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, sekaligus meneladani akhlak mulia beliau.
Salah satu teladan utama Nabi SAW adalah kepedulian sosial. Beliau senantiasa mendorong umatnya untuk membantu sesama, menguatkan ikatan ukhuwah, dan menebarkan kasih sayang melalui Zakat, Infak, maupun Sedekah. Karena itu, Rabiul Awal bukan sekadar bulan peringatan, tetapi juga bulan refleksi untuk memperbanyak amal kebaikan.
1. Rabiul Awal dan Semangat Kepedulian Sosial
Rabiul Awal mengingatkan kita pada hadirnya sosok Nabi yang penuh kasih sayang kepada umat manusia. Salah satu misi kerasulan beliau adalah membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Zakat, Infak, dan Sedekah menjadi instrumen nyata dalam mewujudkan misi tersebut.
Zakat membersihkan harta sekaligus menyalurkannya kepada yang berhak, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan.
Infak membuka ruang bagi setiap orang untuk beramal sesuai kemampuannya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
Sedekah menumbuhkan keikhlasan dan kepedulian, bukan hanya dengan harta, tetapi juga dengan senyuman, tenaga, atau ilmu.
Dengan demikian, bulan Rabiul Awal adalah waktu yang tepat untuk meneguhkan kembali semangat berbagi sebagai wujud cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Meneladani Kedermawanan Rasulullah
Dalam berbagai riwayat, Rasulullah SAW dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan, terlebih di momen-momen istimewa. Ketika beliau hadir di tengah umatnya, rasa aman dan sejahtera semakin terasa. Rabiul Awal yang menjadi bulan kelahiran beliau seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk meneladani sifat kedermawanan tersebut.
Berinfak dan bersedekah pada bulan ini memiliki nilai spiritual yang tinggi, sebab ia tidak hanya dimaknai sebagai ibadah sosial, tetapi juga bentuk syukur atas kelahiran Sang Nabi. Semakin banyak kita berbagi, semakin kuat pula ikatan cinta kita kepada Rasulullah SAW.
3. Momentum Menghidupkan Gerakan Berbagi
Bulan Rabiul Awal bisa dijadikan momentum untuk menghidupkan kembali semangat zakat, infak, dan sedekah dalam masyarakat. Lembaga zakat, masjid, maupun komunitas sosial dapat mengadakan berbagai kegiatan seperti:
Gerakan sedekah harian sebagai bentuk kepedulian kepada fakir miskin.
Pengumpulan zakat maal yang terorganisir untuk pemberdayaan umat.
Infak pendidikan bagi anak-anak yatim dan dhuafa, sebagai investasi masa depan.
Kegiatan semacam ini bukan hanya memberi manfaat bagi penerima, tetapi juga mengokohkan ukhuwah Islamiyah serta memperluas keberkahan dalam kehidupan sosial.
4. Kesimpulan
Rabiul Awal adalah bulan penuh cahaya, karena dari bulan inilah lahir sosok yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Momen ini sebaiknya tidak hanya diisi dengan perayaan seremonial, tetapi juga dengan menghidupkan nilai-nilai yang beliau ajarkan.
Zakat, infak, dan sedekah adalah wujud nyata meneladani Rasulullah SAW. Dengan memperbanyak amal sosial di bulan Rabiul Awal, kita bukan hanya menebar kebaikan bagi sesama, tetapi juga memperkokoh kecintaan kita kepada Nabi dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.
ARTIKEL19/09/2025 | Bram
Kisah Dakwah Nabi Muhammad SAW di Bulan Rabiul Awal: Ajakan untuk Berinfak dan Relevansinya pada Zaman Sekarang
Bulan Rabiul Awal adalah salah satu bulan yang memiliki posisi istimewa dalam sejarah Islam. Di bulan inilah Rasulullah Muhammad SAW dilahirkan ke dunia, sebagai rahmat bagi seluruh alam. Kehadirannya bukan sekadar menjadi peristiwa sejarah, tetapi juga awal dari perubahan besar dalam tatanan sosial, moral, dan spiritual umat manusia. Oleh karena itu, setiap kali bulan Rabiul Awal tiba, umat Islam selalu diingatkan pada keteladanan Rasulullah, terutama dalam dakwahnya yang sarat dengan nilai kasih sayang, kepedulian, dan ajakan untuk berbagi.
Salah satu ajaran penting yang selalu beliau sampaikan sejak awal dakwah adalah perintah untuk berinfak. Pada masa itu, masyarakat Arab hidup dalam struktur sosial yang timpang. Golongan kaya menguasai perdagangan dan harta, sementara mayoritas kaum miskin, yatim, serta budak terabaikan. Tidak jarang terjadi ketidakadilan, ketidakadilan, dan minimnya solidaritas. Nabi Muhammad SAW datang dengan membawa risalah tauhid, namun beliau juga menegakkan misi sosial: menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.
Dakwah Infak pada Masa Rasulullah
Sejak tahun-tahun awal kenabian, Rasulullah SAW menekankan bahwa iman bukan hanya diukur dari ucapan, tetapi juga dari kepedulian yang nyata kepada orang lain. Salah satu bentuknya adalah melalui infak. Infak yang beliau ajarkan tidak selalu menuntut jumlah besar, melainkan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bahkan, sebutir kurma yang diberikan dengan ikhlas jauh lebih bernilai dibandingkan harta berlimpah yang diberikan dengan riya.
Dalam sejarah, diceritakan bahwa para sahabat sangat tergerak oleh ajakan ini. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, misalnya, dikenal sebagai sahabat yang sering menyerahkan hartanya untuk mendukung perjuangan dakwah. Umar bin Khattab RA pun pernah membawa setengah dari hartanya untuk perjuangan Islam, sementara Utsman bin Affan RA menyumbangkan harta besar demi mendukung pasukan dalam Perang Tabuk. Di sisi lain, sahabat-sahabat yang miskin pun tidak ketinggalan. Mereka berinfak dengan apa yang mereka punya, meski hanya menyebut kurma atau tenaga untuk membantu sesama.
Konteks ini menampilkan bahwa dakwah Nabi di bulan Rabiul Awal tidak hanya mengajak umat kepada tauhid, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial. Islam datang untuk membangun masyarakat yang berkeadilan, di mana yang kaya menolong yang miskin, dan yang kuat melindungi yang lemah.
Makna Infak di Era Modern
Jika ditarik ke masa sekarang, pesan Nabi tentang infak sangat relevan. Masyarakat modern masih menghadapi tantangan besar: kemiskinan, kemiskinan ekonomi, kemiskinan, serta lemahnya solidaritas. Di tengah perkembangan teknologi dan arus globalisasi, sering kali orang terjebak dalam kehidupan individualistis, lebih fokus pada kepentingan pribadi daripada kepedulian sosial.
Didalamnya ajaran Nabi menjadi solusi. Infak bukan hanya sebatas ritual, namun sebuah sistem sosial yang bisa mengurangi jurang antara kaya dan miskin. Melalui infak, zakat, dan sedekah, harta tidak menumpuk pada satu golongan saja, melainkan mengalir untuk kemaslahatan bersama. Lembaga zakat di era sekarang merupakan perpanjangan dari ajaran Nabi, yang mengelola infak umat untuk membantu pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, hingga penanggulangan bencana.
Lebih dari itu, infak di zaman modern tidak terbatas pada uang. Teknologi telah membuka peluang baru: seseorang dapat berinfak dengan tenaga, ide, bahkan keterampilan digital. Membagikan ilmu di ruang publik, mengajar anak-anak yang kurang mampu, atau menggunakan media sosial untuk menggalang bantuan kemanusiaan—semuanya adalah bentuk infak kontemporer. Inilah bukti bahwa nilai yang diajarkan Nabi selalu bisa diterapkan sesuai dengan zaman.
Rabiul Awal sebagai Momentum Kepedulian
Setiap kali bulan Rabiul Awal tiba, umat Islam tidak hanya memperingati kelahiran Rasulullah, tetapi juga diajak untuk meneladani akhlak dan misi dakwah beliau. Salah satu misi yang paling nyata adalah menghidupkan semangat infak. Jika pada masa Nabi, infak menjadi penopang utama dakwah Islam hingga tegaknya peradaban, maka di era sekarang, infak bisa menjadi jalan untuk membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan berdaya.
Menghidupkan semangat infak di bulan Rabiul Awal berarti menghadirkan kembali nilai kepedulian dan kebersamaan di tengah kehidupan yang semakin materialistis. Dengan infak, kita belajar bahwa harta hanyalah titipan, dan sebaik-baiknya harta adalah yang memberi manfaat bagi sesama.
Penutup
Kisah dakwah Nabi Muhammad SAW di bulan Rabiul Awal mengajarkan bahwa keberagamaan yang sejati tidak hanya diukur dari seberapa kuat kita beribadah secara ritual, tetapi juga seberapa besar kepedulian kita terhadap orang lain. Ajakan Nabi untuk berinfak bukan sekedar instruksi, melainkan jalan untuk membangun masyarakat yang berlandaskan keadilan dan kasih sayang.
Di era modern, pesan itu semakin relevan. Infak menjadi sarana untuk menyeimbangkan kehidupan sosial, mengurangi kesenjangan, serta menumbuhkan solidaritas di tengah tantangan zaman. Oleh karena itu, memperingati Rabiul Awal hendaknya tidak berhenti pada seremonial perayaan, melainkan menjadi momentum untuk menghidupkan kembali semangat berbagi dan meneladani Rasulullah dalam kepedulian sosial.
ARTIKEL19/09/2025 | Bram
Peran Teknologi dalam Mendorong Semangat Zakat, Infak, dan Sedekah di Era Digital
Di era modern yang serba cepat ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir setiap aktivitas kini terhubung dengan perangkat digital, mulai dari komunikasi, transaksi ekonomi, hingga aktivitas sosial. Perubahan besar ini juga membawa dampak signifikan terhadap cara umat Islam menunaikan kewajiban sosial keagamaan, khususnya zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Jika dahulu orang harus mendatangi masjid, lembaga amil, atau langsung menemui penerima manfaat, kini teknologi membuka jalan baru yang lebih mudah, transparan, dan luas jangkauannya.
Teknologi sebagai Jembatan Kebaikan
Zakat, infak, dan sedekah adalah bentuk ibadah yang berorientasi sosial. Tujuannya tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga menolong mereka yang membutuhkan. Namun, dalam praktiknya, banyak orang yang memiliki niat baik namun terhambat oleh faktor waktu, jarak, dan keterbatasan informasi. Di sinilah peran teknologi menjadi penting.
Melalui aplikasi digital, platform crowdfunding, dan layanan transfer online, siapa pun kini dapat menunaikan zakat, infak, atau sedekah hanya dengan sentuhan jari. Tak perlu lagi menunggu datang ke masjid atau lembaga zakat, karena transaksi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Kemudahan ini membuat semakin banyak orang tergerak untuk berkontribusi, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun.
Contohnya, seseorang yang memiliki sisa saldo uang elektronik dapat langsung menyalurkannya sebagai infak. Meski jumlahnya kecil, ketika dilakukan secara kolektif oleh ribuan orang, dampaknya bisa sangat besar. Inilah kekuatan teknologi: ia memudahkan kebaikan dan memperluas partisipasi.
Efek Viral Kebaikan
Salah satu keunikan teknologi digital adalah kemampuannya menyebarkan pesan secara cepat dan luas. Kisah tentang orang miskin yang membutuhkan bantuan, program beasiswa untuk anak yatim, atau gerakan peduli bencana bisa viral di media sosial.
Ketika seseorang membagikan pengalaman berzakat atau bersedekah melalui platform digital, hal itu bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal serupa. Efek domino ini membuat satu aksi kebaikan tidak berhenti pada individu saja, melainkan berkembang menjadi gerakan bersama.
Bahkan, banyak lembaga amil zakat kini menggunakan kampanye digital dengan konten visual yang menyentuh hati. Foto, video, dan testimoni penerima manfaat mampu mengetuk nurani orang-orang yang sebelumnya mungkin belum tergerak. Teknologi dengan demikian berfungsi sebagai amplifier kebaikan: memperbesar pengaruh sebuah aksi hingga menjangkau lebih banyak pihak.
Transparansi dan Kepercayaan
Salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan zakat dan sedekah adalah masalah kepercayaan. Banyak orang yang ragu apakah dana yang mereka salurkan benar-benar sampai kepada yang membutuhkan. Teknologi menjawab keraguan ini dengan menghadirkan sistem pelaporan digital.
Melalui aplikasi, para donatur bisa melihat laporan penggunaan dana, foto kegiatan penyaluran, hingga kisah nyata penerima manfaat. Transparansi ini bukan hanya memperkuat kepercayaan, tetapi juga membuat orang merasa yakin bahwa kebaikan yang mereka lakukan benar-benar berdampak. Ketika rasa percaya itu tumbuh, maka orang akan lebih konsisten dalam berinfak dan bahkan mengajak orang lain untuk ikut serta.
Menggerakkan Generasi Muda
Generasi milenial dan Gen Z adalah kelompok yang akrab dengan teknologi. Mereka lebih sering menggunakan gawai untuk berinteraksi, berbelanja, bahkan belajar. Teknologi membuka ruang agar zakat, infak, dan sedekah bisa masuk dalam gaya hidup mereka.
Dengan sistem yang cepat, praktis, dan transparan, berzakat bukan lagi dianggap rumit atau kaku, melainkan sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Bahkan, beberapa platform digital mengembangkan fitur “sedekah rutin” yang secara otomatis memotong saldo setiap bulan untuk disalurkan. Dengan cara ini, anak muda bisa berlatih konsistensi dalam berinfak, sambil merasakan bahwa ibadah sosial dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan aktivitas sehari-hari.
Dampak Sosial yang Lebih Luas
Teknologi tidak hanya memudahkan donasi, tetapi juga memperluas dampak sosial. Lembaga zakat kini bisa mengelola dana dengan lebih efektif, menyalurkannya tidak hanya dalam bentuk bantuan langsung, tetapi juga program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Bayangkan, satu klik infak dari ribuan orang di berbagai kota bisa membiayai pembangunan sekolah gratis, menyediakan layanan kesehatan bagi dhuafa, atau membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat kecil. Teknologi menjadikan zakat dan sedekah sebagai instrumen pembangunan sosial yang berkelanjutan, bukan hanya sekadar bantuan sesaat.
Penutup
Teknologi di era digital bukan hanya alat hiburan atau transaksi ekonomi, tetapi juga jembatan kebaikan yang mampu menggerakkan hati banyak orang untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah. Kemudahan akses, transparansi, serta efek viral di media sosial membuat semangat berbagi semakin meluas.
Dengan memanfaatkan teknologi secara positif, umat Islam bisa menghidupkan kembali ajaran Nabi Muhammad SAW tentang kepedulian sosial dalam konteks kekinian. Satu klik infak bukan hanya sekadar transfer dana, tetapi sebuah langkah kecil yang bisa menginspirasi ribuan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Semakin banyak yang tergerak, semakin banyak pula saudara-saudara kita yang terbantu.
ARTIKEL19/09/2025 | Bram
Zakat dan Pajak: Apakah Berbeda?
Dalam kehidupan bermasyaraka dan bernegara, terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, zakat dan pajak adalah dua hal yang sering dibicarakan. Namun, masih banyak yang belum memahami secara mendalam perbedaan antara zakat dan pajak, serta bagaimana keduanya berperan dalam pembangunan dan kesejahteraan umat. Hal kedua ini berkaitan dengan kewajiban memberikan sebagian harta, namun apakah keduanya sama atau berbeda? Memahami perbedaan zakat dan pajak sangat penting agar umat Islam dapat menjalankan kewajiban dengan benar dan tepat sasaran.Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan zakat dan pajak dari sudut pandang Islam, serta memperkuat peran strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam membantu mustahik, yaitu mereka yang mampu menerima zakat.
Pengertian Zakat dan Pajak
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat tertentu. Secara bahasa, zakat berarti “bersih” atau “suci”. Dalam konteks agama, zakat adalah kewajiban memberikan sebagian harta kepada yang berhak, sebagai bentuk penyucian diri dan harta. Zakat memiliki tujuan sosial dan spiritual, yaitu membantu mereka yang membutuhkan serta membersihkan jiwa dari sifat kikir dan tamak. Zakat merupakan bentuk ibadah dan kewajiban sosial yang mengatur pembagian harta sebagian tertentu untuk kelompok masyarakat yang berhak menerimanya, seperti fakir miskin, amil zakat, dan lain-lain. serupa firman Allah dalam QS.At-Taubah ayat 60 : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, khusus untuk fakir miskin, amil zakat, mu'allaf, budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk ibnu sabil, sebagai ketetapan yang diwajibkan Allah.”
Menurut syariat Islam, zakat terdiri dari beberapa jenis, seperti zakat fitrah, zakat mal (harta), zakat pertanian, dan lain-lain. Besaran zakat mal biasanya 2,5% dari harta yang telah mencapai nisab (batas minimum) dan telah dimiliki selama satu tahun.
Sedangkan pajak adalah pungutan wajib dari pemerintah kepada warga negara berdasarkan undang-undang yang berlaku, bertujuan untuk membiayai pengeluaran negara demi pembangunan dan kesejahteraan umum. Pajak bukan bentuk ibadah, Pajak bersifat memaksa dan diatur oleh undang-undang. melainkan merupakan kewajiban warga negara dalam sistem kenegaraan untuk mendukung pembangunan dan pelayanan publik.
Jenis pajak sangat beragam, mulai dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan, hingga pajak kendaraan bermotor. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan negara, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan keamanan.
Perbedaan Zakat dan Pajak secara Esensial
Meskipun keduanya sama-sama berupa kewajiban memberikan sebagian harta, zakat dan pajak memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami.
Peran penting Zakat (BAZNAS dan Lembaga lain) dalam Membangun Kesejahteraan Umat
Zakat bukan sekedar kewajiban finansial, melainkan juga sarana untuk membangun solidaritas sosial dan mengurangi kesenjangan ekonomi. Dengan menunaikan zakat, seorang muslim membantu meringankan beban saudara-saudaranya yang kurang mampu, seperti fakir, miskin, dan mereka yang sedang dalam kesulitan.
Zakat juga berperan dalam menggerakkan perekonomian umat. Dana zakat yang dikelola dengan baik dapat digunakan untuk program pemberdayaan mustahik, seperti pelatihan keterampilan, modal usaha, dan pendidikan. Dengan demikian, zakat tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga membuka peluang bagi mustahik untuk mandiri dan produktif.
BAZNAS adalah lembaga resmi pemerintah yang dibentuk untuk mengelola zakat secara profesional dan transparan di Indonesia. Dengan keberadaan BAZNAS, penghimpunan dan pendistribusian zakat dilakukan secara sistematis sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh mustahik. BAZNAS membantu menjembatani niat dan kewajiban umat Islam dalam berzakat agar tepat sasaran dan berdampak luas.
Peran BAZNAS sangat vital, karena:
Meningkatkan kesadaran masyarakat muslim untuk berzakat dengan cara mudah dan terpercaya.
Melakukan pendataan mustahik secara profesional agar mendistribusikan zakat tepat guna.
Menyalurkan zakat untuk pemberdayaan ekonomi dhuafa, pendidikan, kesehatan, dan sosial kemanusiaan.
Menjalin kerja sama dengan berbagai institusi untuk memperluas manfaat zakat bagi pembangunan umat.
Melaksanakan pengawasan dan pelaporan penggunaan dana zakat agar transparan dan akuntabel.
Sinergi Zakat dan Pajak dalam Pembangunan Nasional
Meskipun zakat dan pajak berbeda secara hukum dan tujuannya, keduanya memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Pajak pembiayaan kebutuhan negara secara umum, sementara zakat fokus pada kesejahteraan umat Islam yang membutuhkan.
Pemerintah Indonesia telah mengakui peran zakat dalam pembangunan sosial dengan mengatur pengelolaan zakat melalui undang-undang dan mendukung keberadaan BAZNAS. Sinergi antara zakat dan pajak dapat memperkuat upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan kesejahteraan.
Misalnya, dana zakat yang dikelola BAZNAS dapat melengkapi program pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. Dengan demikian, zakat menjadi pelengkap yang mempercepat tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.
Islam mengajarkan agar kekayaan yang dimiliki tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi juga harus dinikmati oleh yang membutuhkan. Zakat menjadi instrumen penting dalam mengatasi ketimpangan sosial. Dengan membayar zakat, umat Islam membersihkan harta dan mendapat keberkahan. Hal ini juga memperkuat tali persaudaraan dan mengurangi kesenjangan antara yang kaya dan miskin.
Berikut beberapa tips bagi muzaki dalam menunaikan zakat:
Hitung zakat dengan benar: Pastikan harta yang dizakatkan telah mencapai nisab dan haul sesuai syariat.
Pilih lembaga resmi: Salurkan zakat melalui BAZNAS atau lembaga amil zakat yang terdaftar dan memuji pemerintah.
Pantau penggunaan zakat: Ikuti laporan dan kegiatan lembaga zakat untuk memastikan dana digunakan dengan baik.
Ajak keluarga dan komunitas: Sosialisasikan pentingnya zakat agar semakin banyak yang menunaikan kewajiban ini.
Mengapa Umat Islam Harus Memahami Perbedaan Ini?
Memahami perbedaan zakat dan pajak bukan berarti mengabaikan pajak, melainkan agar umat Islam semakin sadar dan istiqamah menjalankan kewajiban zakat sebagai bagian dari ibadah dan tanggung jawab sosial. Selain itu, pemahaman ini juga membantu umat mengelola harta dengan tepat dan memanfaatkan lembaga pengelola zakat resmi seperti BAZNAS untuk membantu mustahik dengan tepat sasaran.
Zakat yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber kekuatan umat, mengurangi kemiskinan, memperkuat solidaritas sosial, serta meningkatkan kesejahteraan. Sementara sebagai kewajiban pajak negara juga mendukung pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Kesimpulan
Zakat dan pajak memiliki tujuan, lembaga pengelola, dan penerima yang berbeda-beda. Zakat adalah kewajiban ibadah yang dilaksanakan dengan niat membersihkan harta dan membantu yang membutuhkan sesuai syariat Islam, sedangkan pajak adalah kewajiban hukum untuk mendukung pembangunan negara. Memahami perbedaan ini penting agar umat Islam dapat menunaikan zakat dengan baik dan memanfaatkan peran strategis BAZNAS sebagai pengelola zakat di Indonesia. Dengan berzakat melalui BAZNAS, umat Islam tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga ikut membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan berkeadilan.
ARTIKEL19/09/2025 | Listy
Keutamaan Hari Jumat di Bulan Rabiul Awal, Momentum Perbanyak Shalawat dan Sedekah
Umat Islam menyambut hari Jumat di bulan Rabiul Awal dengan penuh rasa syukur dan suka cita. Hari Jumat dikenal sebagai sayyidul ayyam (penghulu segala hari), sementara bulan Rabiul Awal merupakan bulan penuh cahaya kelahiran Rasulullah SAW. Perpaduan keduanya menjadi momentum yang istimewa untuk memperbanyak amal ibadah, doa, dan shalawat.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baiknya hari terbitnya matahari adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu pula dia dikeluarkan darinya.”
Sementara itu, bulan Rabiul Awal selalu dikenang sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, teladan agung bagi seluruh umat manusia. Di berbagai masjid dan mushala, umat Islam memperingatinya dengan memperbanyak majelis shalawat, pengajian, hingga kegiatan sosial.
Momen Jumat di bulan Rabiul Awal ini sebaiknya tidak hanya diisi dengan ibadah pribadi, tetapi juga kepedulian sosial. Mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, umat Islam diajarkan untuk tidak hanya dekat kepada Allah, tetapi juga peduli kepada sesama. Salah satunya dengan berbagi melalui zakat, infak, dan sedekah.
BAZNAS Kota Surabaya mengajak masyarakat untuk memanfaatkan hari penuh keberkahan ini dengan menyalurkan Zakat, Infak, dan Sedekah. Donasi tersebut akan disalurkan untuk program-program pemberdayaan, pendidikan, kesehatan, dan bantuan kemanusiaan, termasuk bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan di Surabaya maupun Palestina.
Semoga Jumat di bulan Rabiul Awal ini menjadi pintu keberkahan, dihapuskan dosa-dosa, diterima amal kebaikan, dan dilipatgandakan pahala oleh Allah SWT.
ARTIKEL19/09/2025 | Otnay
Infak dan Sedekah untuk Keseharian: Menebar Manfaat, Menguatkan Umat
Infak dan sedekah adalah amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Keduanya tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga menjadi instrumen sosial untuk mengurangi kemiskinan, membantu fakir miskin, hingga memperkuat persaudaraan sesama muslim.
Di kota besar seperti Surabaya, infak dan sedekah sangat dibutuhkan. Kehidupan perkotaan sering menghadirkan ketimpangan ekonomi, sehingga peran umat Islam dalam berbagi menjadi semakin penting. Melalui BAZNAS Kota Surabaya , masyarakat memiliki wadah resmi, amanah, dan profesional untuk menyebarkan infak dan sedekah agar tepat sasaran dan bermanfaat luas.
Infak dan Sedekah: Amalan yang Harus Dibiasakan
Secara istilah, infak berarti mengeluarkan sebagian harta di jalan Allah SWT, baik yang bersifat wajib (seperti zakat) maupun sunnah (seperti membantu fakir miskin atau pendidikan).
Sedangkan sedekah lebih luas cakupannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kebaikan adalah sedekah.” (HR.Muslim)
Artinya, sedekah tidak selalu berupa harta. Senyuman, doa, dan tenaga untuk membantu orang lain juga bernilai sedekah. Oleh karena itu, setiap muslim dapat melakukannya sesuai kemampuan.
Makna Infak dan Sedekah dalam Islam
Al-Qur'an berulang kali menekankan pentingnya infak dan sedekah. Allah SWT berfirman dalam QS. Surat Al-Baqarah ayat 261:
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki…”
Ayat ini menegaskan bahwa infak dan sedekah adalah investasi akhirat dengan pahala yang berlipat ganda. Selain manfaat spiritual, amalan ini juga menjaga keseimbangan sosial dalam masyarakat.
Contoh Infak dan Sedekah dalam Keseharian
Infak dan sedekah bisa dilakukan secara sederhana dan rutin, misalnya:
Menyisihkan uang belanja untuk dimasukkan ke kotak infak masjid.
Membelikan makanan untuk orang miskin.
Memberi sedekah non materi seperti membantu tetangga atau mendoakan orang lain.
Menyalurkan infak melalui lembaga resmi seperti BAZNAS Kota Surabaya .
Kebiasaan ini melatih keikhlasan, menumbuhkan kepedulian, dan memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
Manfaat Infak dan Sedekah
1. Manfaat bagi Pemberi (Muzakki): Membuka pintu rezeki, Menghapus dosa-dosa kecil, Membuat hati lebih lapang dan tenang.
2. Manfaat bagi Penerima (Mustahik) : Mendapatkan bantuan nyata untuk kebutuhan pokok, Merasakan kepedulian umat, Termotivasi untuk bangkit dari kesulitan.
3. Manfaat bagi Masyarakat : Mengurangi kesenjangan sosial, Memperkuat budaya gotong royong, Menekan angka kemiskinan di lingkungan sekitar.
BAZNAS Kota Surabaya: Lembaga Amanah Penyalur Infak dan Sedekah
BAZNAS adalah lembaga resmi negara yang mengelola zakat, infak, dan sedekah. Di Surabaya, BAZNAS Kota Surabaya aktif menjalankan program yang tidak hanya bersifat konsumtif, tetapi juga produktif. Beberapa program unggulannya:
Beasiswa pendidikan untuk anak-anak dhuafa.
Bantuan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Modal usaha mikro agar keluarga dhuafa bisa mandiri.
Program pemberdayaan ekonomi untuk keberlanjutan hidup mustahik.
Dengan pengelolaan yang profesional dan transparan, dana umat benar-benar menjadi solusi jangka panjang, bukan hanya bantuan sementara.
Kesimpulan
Infak dan sedekah adalah amalan yang bisa dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja. Amalan ini memberikan manfaat spiritual, sosial, dan ekonomi. Melalui BAZNAS Kota Surabaya , infak dan sedekah tersalurkan secara amanah, tepat sasaran, dan berdampak jangka panjang.
Mari jadikan infak dan sedekah sebagai bagian dari keseharian kita. Oleh karena itu, kita tidak hanya membantu sesama, tetapi juga menyiapkan bekal terbaik untuk akhirat. Bersama BAZNAS Kota Surabaya , infak dan sedekah menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih berkah dan menguatkan umat.
ARTIKEL19/09/2025 | Dini
Purifikasi ZIS sebagai Strategi Jitu Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kota Surabaya
1. Pendahuluan
Kota Surabaya, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan multidimensi, salah satunya adalah isu ketahanan pangan. Meskipun telah ada berbagai program pemerintah untuk mengatasi hal ini, diperlukan inovasi dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk sektor filantropi Islam. Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) memiliki potensi besar sebagai instrumen purifikasi sosial-ekonomi yang efektif. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana purifikasi ZIS dapat diimplementasikan sebagai strategi konkret untuk meningkatkan ketahanan pangan di Kota Surabaya.
2. Pengertian Purifikasi ZIS dan Relevansinya dengan Ketahanan Pangan
Pemurnian ZIS adalah proses pemurnian dan optimalisasi pengelolaan dana ZIS, mulai dari pengumpulan, pendistribusian, hingga pendayagunaannya. Tujuannya adalah memastikan bahwa dana tersebut terselurkan secara tepat sasaran, efektif, dan berkelanjutan, bukan sekadar bantuan sesaat. Dalam konteks ketahanan pangan, purifikasi ZIS memiliki relevansi yang sangat kuat:
Pemberdayaan Mustahik: Dana ZIS tidak hanya diberikan sebagai bantuan tunai, tetapi juga untuk modal usaha, pelatihan, dan pendampingan, sehingga mustahik (penerima zakat) bisa mandiri secara ekonomi.
Peningkatan Produktivitas Pertanian: ZIS dapat dialokasikan untuk membiayai program-program pertanian perkotaan (urban farming) atau mendukung petani kecil di pinggiran kota.
Stabilisasi Harga Pangan: Dengan adanya program-program yang didukung ZIS, pasokan pangan di pasar lokal dapat terjaga, sehingga harga menjadi lebih stabil dan terjangkau bagi masyarakat yang rendah.
3. Implementasi Strategi Purifikasi ZIS untuk Ketahanan Pangan di Surabaya
Untuk mengoptimalkan peran ZIS dalam ketahanan pangan, diperlukan strategi yang terstruktur dan terukur. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diimplementasikan di Kota Surabaya:
Sinergi dengan Pemerintah Kota: Lembaga Amil Zakat (LAZ) harus menjalin strategi kemitraan dengan Pemerintah Kota Surabaya, terutama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Kolaborasi ini dapat berupa penyusunan data mustahik yang akurat, pemetaan wilayah rawan pangan, dan penyusunan program-program bersama.
Program Pemberdayaan Berbasis Komunitas:
Urban Farming Komunal : Memanfaatkan lahan-lahan kosong di perkotaan untuk ditanami sayur, buah, atau ikan. Dana ZIS dapat digunakan untuk membeli bibit, pupuk, dan peralatan. Hasil panen dapat dinikmati oleh anggota komunitas, dijual untuk menambah kas, atau disemprotkan kepada fakir miskin.
Pelatihan Kewirausahaan Pangan : mengadakan pelatihan bagi mustahik untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan bernilai jual tinggi, seperti keripik, selai, atau jus. Dana ZIS dapat digunakan sebagai modal awal.
Kemitraan dengan Petani Lokal :
Program Pembiayaan Mikro Syariah: menyediakan pembiayaan tanpa riba bagi petani kecil di sekitar Surabaya untuk membeli pupuk, bibit, atau alat pertanian.
Program Jaminan Panen: ZIS dapat digunakan untuk membeli produk panen petani dengan harga yang telah disepakati sebelumnya (muamalah syariah). Hal ini memberikan kepastian bagi petani dan menjaga stabilitas harga pangan.
Digitalisasi dan Transparansi: Penggunaan platform digital untuk pengumpulan dan penyaluran ZIS akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Masyarakat dapat melihat secara langsung bagaimana dana ZIS yang mereka bayarkan digunakan untuk program ketahanan pangan.
4. Studi Kasus Potensial di Surabaya
Surabaya memiliki potensi besar untuk mengimplementasikan strategi ini. Misalnya, program urban farming di kawasan padat penduduk seperti Semampir atau Tambaksari dapat menjadi model percontohan. LAZ di Surabaya dapat berkolaborasi dengan RW/RT setempat untuk menggerakkan masyarakat. Begitu pula, kemitraan dengan petani di daerah sekitar Surabaya seperti Mojokerto dan Sidoarjo dapat menjamin pasokan pangan.
5. Kesimpulan
Pemurnian ZIS bukan sekedar konsep teoritis, melainkan strategi praktis yang memiliki potensi besar untuk menjadi solusi inovatif dalam mengatasi isu ketahanan pangan di Kota Surabaya. Dengan pengelolaan yang profesional, transparan, dan terstruktur, dana ZIS dapat bertransformasi dari sekedar bantuan sosial menjadi motor penggerak ekonomi mustahik dan stabilisator suplai pangan. Sinergi antara pemerintah, lembaga zakat, dan masyarakat adalah kunci utama untuk mewujudkan Surabaya yang mandiri dan berdaulat pangan melalui kekuatan filantropi Islam.
Harapan ke depan, praktik pemurnian ZIS dapat menjadi model percontohan bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan.
ARTIKEL17/09/2025 | Fach
Peran ZIS dan Karbohidrat Tanaman: Strategi Inovatif untuk Mengatasi Kemiskinan dan Krisis Pangan
Pendahuluan
Tantangan global seperti kemiskinan dan krisis pangan menjadi isu yang mendesak. Dalam menghadapi situasi ini, diperlukan pendekatan yang inovatif dan terintegrasi dari berbagai sektor. Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) memiliki peran yang sangat strategis sebagai instrumen filantropi Islam yang dapat diberdayakan secara optimal. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana ZIS dapat disinergikan dengan program pengembangan karbohidrat tanaman (seperti padi, jagung, singkong) sebagai strategi efektif untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan menekan angka kemiskinan.
Mengapa Karbohidrat Tanaman?
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi sebagian besar penduduk dunia dan menjadi komoditas pangan pokok yang sangat vital. Di Indonesia, misalnya, beras menjadi makanan utama yang dikonsumsi sehari-hari. Dengan demikian, peningkatan produksi dan ketersediaan karbohidrat tanaman secara langsung berdampak pada ketahanan pangan nasional. Namun, banyak petani yang hidup dalam garis kemiskinan akibat keterbatasan modal, teknologi, dan akses pasar. Menemukan ZIS dapat berperan sebagai katalisator perubahan.
Sinergi ZIS dan Karbohidrat Tanaman: Sebuah Model Kemitraan
Sinergi antara ZIS dan karbohidrat tanaman bukan sekedar konsep, melainkan model pemberdayaan yang konkret. Berikut adalah beberapa skema implementasi yang dapat dilakukan:
1. Modal Pertanian Berbasis ZIS
Dana ZIS dapat dialokasikan untuk menyediakan modal kerja tanpa riba bagi petani mustahik (penerima zakat). Modal ini bisa digunakan untuk membeli bibit unggul, pupuk, pestisida, atau menyewa peralatan pertanian. Dengan adanya modal awal, petani dapat memulai atau meningkatkan produksi pertaniannya. Program ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan pangan secara lokal, tetapi juga membantu petani melepaskan diri dari jeratan utang rentenir.
2. Program Pendampingan dan Pelatihan
Dana infak dan sedekah dapat dimanfaatkan untuk mendanai program pelatihan dan pendampingan teknis bagi petani. Pelatihan ini mencakup metode pertanian modern, penggunaan teknologi tepat guna, manajemen hama terpadu, dan pengelolaan pascapanen. Dengan pengetahuan yang lebih baik, petani dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas hasil panen mereka.
3. ZIS untuk Inovasi Pertanian
Bagian dari dana ZIS juga dapat dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan varietas tanaman karbohidrat yang tahan terhadap perubahan iklim atau memiliki nilai gizi yang lebih tinggi. Contohnya, kembangkan varietas singkong yang lebih produktif atau ubi jalar yang kaya vitamin. Hasil penelitian ini dapat didistribusikan kepada petani mustahik, memberikan keunggulan kompetitif.
4. Penguatan Rantai Pasok Berbasis ZIS
Setelah panen, petani seringkali menghadapi masalah penjualan dengan harga yang rendah. ZIS dapat digunakan untuk membentuk koperasi atau lembaga usaha sosial yang membeli hasil panen petani dengan harga yang adil. Selanjutnya produk tersebut bisa diolah menjadi produk turunan (misalnya tepung singkong, keripik) atau didistribusikan langsung ke pasar, sehingga keuntungan kembali ke komunitas.
Studi Kasus Potensial: dari Bantuan menjadi Pemberdayaan
Bayangkan sebuah kelompok petani miskin di suatu desa. Daripada hanya memberikan bantuan uang tunai, sebuah lembaga zakat menyalurkan dana ZIS untuk membantu mereka membeli bibit padi berkualitas dan pupuk. Setelah masa tanam, petani dibekali pelatihan tentang cara memanen yang efisien. Saat panen tiba, hasil panen dibeli oleh koperasi yang dibentuk dari dana ZIS, yang kemudian mengolahnya menjadi beras premium. Sebagian keuntungannya digunakan untuk pengembangan koperasi, dan sebagian lagi dibagikan kepada petani. Model ini mengubah para mustahik dari sekedar penerima bantuan pelaku menjadi ekonomi yang mandiri dan berdaulat pangan.
Kesimpulan
Sinergi antara ZIS dan pengembangan karbohidrat tanaman adalah sebuah strategi holistik yang mampu menjawab dua permasalahan mendasar: ketersediaan pangan dan kemiskinan. Dengan menjadikan petani sebagai subjek utama pemberdayaan, ZIS tidak hanya berfungsi sebagai alat pendistribusian kekayaan, tetapi juga sebagai motor penggerak perekonomian yang berkelanjutan. Ketika setiap butir padi, jagung, atau singkong yang dihasilkan oleh tangan mustahik, merupakan hasil dari keberkahan ZIS, maka kita sedang membangun fondasi masyarakat yang lebih sejahtera dan berdaulat pangan.
ARTIKEL17/09/2025 | Fach

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
Info Rekening Zakat
