Zakat Fitrah Dalam Pengertian, Hukum, dan Cara Menghitungnya
05/11/2025 | Penulis: Fachrudin
Zakat Fitrah Dalam Pengertian, Hukum, dan Cara Menghitungnya
Zakat fitrah adalah salah satu ibadah wajib dalam Islam yang memiliki kaitan erat dengan berakhirnya bulan suci Ramadan. Kewajiban ini merupakan wujud syukur atas nikmat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada hamba-Nya untuk menyelesaikan puasa selama sebulan penuh. Selain itu, zakat fitrah berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan diri dari hal-hal yang dapat mengotori puasa, serta untuk menjamin kecukupan fakir miskin di hari raya Idul Fitri.
Memahami pengertian, hukum, dan cara perhitungannya yang benar adalah kunci untuk menyempurnakan ibadah Ramadan kita.
1. Definisi dan Tujuan Zakat Fitrah
Secara bahasa, Zakat Fitrah terdiri dari dua kata: Zakat yang berarti suci, baik, berkah, dan berkembang; serta Fitrah yang merujuk pada penciptaan atau keadaan suci (asal kejadian). Jadi, Zakat Fitrah dapat diartikan sebagai zakat yang wajib dikeluarkan untuk menyucikan diri bagi setiap Muslim yang telah menyelesaikan ibadah puasa.
Tujuan utama zakat fitrah ditegaskan dalam Hadis Nabi Muhammad SAW:
"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari laghwun (kata-kata kotor/sia-sia) dan rafats (perbuatan keji/maksiat), serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Dengan demikian, zakat fitrah memiliki dua fungsi mulia: penyucian jiwa bagi yang berpuasa, dan jaminan pangan bagi kaum fakir miskin di hari raya.
2. Hukum dan Syarat Wajib Zakat Fitrah
A. Hukum Zakat Fitrah
Hukum menunaikan zakat fitrah adalah Fardhu 'Ain (wajib) bagi setiap Muslim. Kewajiban ini didasarkan pada Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA:
"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha' kurma atau satu sha' gandum atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar." (HR. Bukhari dan Muslim)
B. Syarat Wajib Zakat
Seseorang wajib menunaikan zakat fitrah jika memenuhi tiga syarat berikut:
-
Beragama Islam: Kewajiban ini hanya berlaku bagi umat Muslim.
-
Hidup pada Saat Waktu Wajib: Waktu wajib zakat fitrah adalah sejak terbenamnya matahari di hari terakhir Ramadan hingga sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri. Siapa pun yang hidup pada rentang waktu ini wajib berzakat, termasuk bayi yang baru lahir sebelum matahari terbenam di malam Idul Fitri.
-
Memiliki Kelebihan Kebutuhan Pokok: Seseorang dianggap mampu (wajib) jika ia memiliki kelebihan makanan pokok untuk dirinya dan orang yang menjadi tanggungannya (keluarga) pada malam dan hari raya Idul Fitri.
Setiap kepala keluarga wajib menanggung zakat bagi dirinya dan seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya (istri, anak, bahkan pembantu rumah tangga yang dinafkahi).
3. Ketentuan dan Cara Menghitung Zakat Fitrah
A. Besaran Zakat (Kadar Zakat)
Zakat fitrah wajib dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok yang berlaku di daerah tersebut. Di Indonesia, makanan pokok yang digunakan adalah beras.
Berdasaran Hadis, besaran zakat fitrah adalah satu sha' per jiwa. Secara konversi modern, satu sha' setara dengan:
Bahan Makanan Pokok = 2.5 Kg atau 3.5 liter per jiwa
B. Konversi ke Uang Tunai
Para ulama kontemporer membolehkan zakat fitrah dibayarkan dalam bentuk uang tunai dengan nilai yang setara dengan harga 2,5 kg makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. Penetapan nominal uang ini biasanya diputuskan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) atau lembaga amil resmi di masing-masing daerah, disesuaikan dengan harga beras kualitas standar.
C. Rumus Perhitungan Zakat Fitrah
Menghitung zakat fitrah sangatlah sederhana dan tidak memerlukan nisab harta seperti zakat mal (penghasilan atau emas).
Total Zakat Fitrah} = Besaran Zakat per Jiwa X Jumlah Anggota Keluarga yang Ditanggung
Skenario Perhitungan (contoh jika 1 Kg beras = Rp 15.000)
-
Beras (Makanan Pokok) : 2.5 Kg X Jumlah Jiwa
2.5 kg X 4 = 10 Kg
-
Uang Tunai : (2.5 Kg X Harga Beras) X Jumlah Jiwa
(Rp 15.000 X 2.5) X 4 = Rp 37.500 X 4 = Rp 150.000
4. Waktu Penunaian
Waktu penunaian zakat fitrah yang paling utama (afdhal) adalah setelah terbit fajar (setelah subuh) pada 1 Syawal hingga sebelum shalat Idul Fitri dilaksanakan. Jika zakat diserahkan setelah shalat Idul Fitri, maka ia hanya dianggap sebagai sedekah biasa, bukan lagi zakat fitrah yang wajib.
Menunaikan zakat fitrah adalah penutup dan penyempurna ibadah puasa. Dengan menunaikannya secara benar dan tepat waktu, kita berharap puasa kita diterima oleh Allah SWT dan kaum miskin dapat ikut merasakan kebahagiaan di hari kemenangan.
Artikel Lainnya
Ketegasan Abu Bakar As Siddiq Dalam Menjaga Amanah Zakat Sebagai Cermin Akuntabilitas Umat
Zakat Dan Pajak : Dua Pilar Utama Kesejahteraan dan Kemanfaatan Umat
Pentingnya Zakat dalam Meningkatkan Kepedulian Sosial
Zakat Maal Dalam Pengertian, Syarat, dan Panduan Menghitungnya
Zakat Tumbuh Kuatkan Dhuafa
Kisah Inspiratif Ali bin Abi Thalib Dalam Mengelola Baitul Maal

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
